Penemuan di Balik Fenomena ‘Alay’...Fungsi ruang dan Ketertarikan Lawan Jenis
Credit: Nur Restiani Setyaningrum
Masih
nyambung dari post sebelumnya, dalam tulisan gue kali ini gue bakal bahas
temuan lain yang gue dapet dari penelitian skripsi gue.
Lalu, kenapa ada kata alay, lawan jenis
dan nur restiani setyaningrum pada judul post ini?
Well..pastinya mereka memiliki
keterkaitan.
Hehehehehehehehehe,
oke stop. enough with the ‘he’,
bentar lagi gue di cekek ini sama yang punya nama -.-‘
Jadi…dalam
proses pengumpulan data yang gue lakukan pada bulan februari-maret 2013 yang
lalu dengan metode wawancara dan observasi, muncul jawaban berulang-ulang dari
banyak responden yang bikin tidur gue nggak nyenyak selama berminggu-minggu.
Jawaban
yang gue maksud adalah jawaban mengenai alasan mengapa kebanyakan remaja -terutama
yang berumur 13 hingga 18 dan berjenis kelamin cowok- memilih ruang terbuka
publik buat beraktivitas bareng temen-temen mereka.
Dan jawaban yang paling jenuh/sering
muncul adalah..
“mau cari cewek mbak”
“kali aja dapet kenalan mbak”
“ya ngeliat pemandangan…-sampe sini masi
normal, lalu..- pemandangan cewek cantik maksudnya, hehe
Bahkan ada pula kasus dimana gue malah
diajakin curhat sama anak cowok 17 tahun yang pergi ke alun2 karena abis diputus
ceweknya.
Kasus lainnya yang nggak kalah ganjil,
gue malah diminta buat nyomblangin segerombol cowok (17 tahun) yang gue
wawancara dengan segerombol cewe (17 tahun) yang jadi responden gue sebelum
mereka
Ada juga loh kasus dimana segerombolan
cowok bilang bahwa alun-alun akan lebih bagus kalo SPG rokoknya ditambah –dan
saat itu juga gue mantengin note gue sambil menangis di dalam tawa-
Alay sekali kan? Saat itu gue ngerasa
penelitian gue bakal tamat di tengah jalan.
Kejenuhan
ini mencapai puncaknya saat gue survey bersama resty. Saat itu gue bener2
ngerasa depresi karena kejenuhan jawaban tersebut makin jenuh aja dan gue
sebagai peneliti juga ngerasa jenuh luar biasa.
Lalu,
gue ngeluh sama resty. Dan tau apa yang dia bilang waktu itu?
“lhah,
itu kan juga hasil temuan. Mereka alay, emang. Tapi liat kecenderungannya deh,
mereka itu anak muda, wajar2 aja kalo motiv mereka buat nyari cewek atau
kenalan..itu namanya ketertarikan lawan jenis. Ini nunjukin bahwa terdapat
exspektasi kalau mereka bakal punya kesempatan untuk berinteraksi dengan lawan
jenis ketika berada di ruang publik.”
Seketika
itu juga, gue ngerasa muka gue pasti uda kayak tampang Patrick sama spongebob dalam
episode ‘penemuan api’ jaman purba –kalo nggak tau yaudah, makanya banyak liat
tontonan bermutu sepertiku-
Namun
sayangnya, gue memutuskan untuk tidak mengangkat fenomena ini menjadi salah
satu analisis gue dalam perumusan konsep ruang terbuka publik yang layak buat
anak-anak dan remaja. Keputusan ini gue ambil karena gue ngerasa bakalan menghadapi
kesulitan dalam berargumen dengan otak gue sendiri mengenai derajat kepercayaan
dari kesimpulan yang didapat. Selain itu, sampai detik ini gue belum bisa
melakukan triangulasi –ecieh bahasa gue- yang tepat dengan fenomena ini baik
dari penelitian luar maupun dalam negri.
“Lalu
kenapa elu posting ini spam dodol??” *jitak kepala sendiri*
Well..gue
cuma mau mengapresiasi hasil ‘temuan tidak sengaja’ yang diperoleh resty karena
menurut gue, ini adalah temuan yang menarik banget. Oleh karena itu, sayang
sekali jika temuan ini cuma dikubur sebagai data invalid dalam database
penelitian gue.
So..here it is,
meskipun derajat kepercayaannya belum bisa dibilang oke, tapi karena gue
menyaksikan sendiri fenomena itu sebagai fenomena yang bener2 terjadi di lapangan,
maka..
“Res, otakmu kadang bisa waras juga
ya. Pantesan elu pinter dalam ‘brain-washing’ anak baek2 hingga bertransformasi
jadi weirdoss dan lupa apa itu kenormalan, contoh nyatanya adalah aku. But,
afterall…Huge thanks to you girl, kau membawa titk terang di tengah gelapnya
ke-alay-an yang gue temukan”
Dapet tambahan ilmu ADSURB...hahaa
BalasHapus