You’re the one who create this monster
so, let me tell you a story
but I have two conditions, do not judge
and do not create any misleading conclusion.
Gue ingin bercerita tentang tetangga gue yang masih kelas 4
SD yang mulai dari sini, kita sebut saja bocah ini dengan sebutan Sumpel
(sumpel adalah bahasa jawa dari penyumbat). Kenapa Sumpel? karena menurut gue
dan Silem –teman kos gue-, bocah cowok yang mukanya cina banget dan bermata sipit ini
punya perut, pipi, tangan, dan kaki dengan tipikal anak makmur yang undeniable. Bocah ini sering main ke
kost kami karena disamping dia menganggap Silem adalah pacarnya –ah…harusnya
gue jabarin betapa bidadarinya si silem ini buat anak2 kecil di sekitar kos an-
nih bocah juga sangat suka dengan film jadi kami suka gantian muterin dia film.
Film kesukaan Sumpel adalah Despicable Me, serial Larva dan
Hunger Games –iya, kalian nggak salah baca, salahkan Silem yang udah nyekokin
bocah SD pake pilem beginian-. And
believe me…kecintaannya pada ketiga film ini adalah petaka buat kami berdua.
Gimana enggak? saking sukanya sama ketiga film ini, gue dan Silem harus rela
muterin itu film sampai belasan kali. Bahkan pada scenes yang dia suka, dia pasti bakal mengulangi scene itu beberapa kali sampai dia puas
melihat detail adegannya. Misalnya nih ya pas bagian pesawat Gru menyusut kena
tembakan senjata pengecil yang ada di tangan Vector, atau misalnya ketika
adegan tiga minion disuruh belanja beli boneka unicorn –See, gue hafal adegannya di luar kepala. Gue hafal ekspresi Gru,
dalam mode full color (!!!)-
Sama seperti malam2 sebelumnya, hari ini Sumpel datang ke
kos. Biasanya Silem bisa lebih sabar dan lebih nggak tegaan kalau Sumpel
merengek minta diputerin film. Hanya saja bagian tidak mujurnya adalah malam
ini Silem pergi bersama adiknya. Tadinya Sumpel mau gue usir aja gitu
ceritanya, tapi dia bilang bahwa di rumah sedang tidak ada orang dan dia
kekunci di luar.
Ya sutra lah yaaaa…akhirnya gue nyerah juga dan ngidupin
leptop gue. Tapi karena gue udah gerah banget sama Gru, minion, atau kedua
larva jejadian itu akhirnya kami membuat kesepakatan bahwa kami bakal menonton
film baru. Setelah mengobrak abrik leptop, akhirnya gue nemu film Claudy with a
Chace of Meatballs.
Melihat burger berjatuhan dari langit atau atap-atap yang
terbuat dari eskrim walls –ini istilah dia- mungkin adalah suatu anugrah bagi
seorang anak SD omnivore seperti Sumpel. Dia tersihir gitu aja dan nggak banyak
nanya kayak biasanya. Kami menonton sambil tiduran dan semetara dia sibuk
ngiler, gue sibuk dengan handphone
gue. Tanpa disadari setelah filmnya uda jalan sampai setengah, ternyata Sumpel
ketiduran di bantalnya. Gue melihat jam di pojokan monitor dan ternyata sudah
jam setengah sembilan malem. Akhirnya gue dengan hati2 ngebangunin dia dan
nyuruh dia buat pulang ke rumah.
Bukannya bangun, Sumpel malah cuma ngulet2 nggak jelas
sambil ngomong:
“Kan aku udah bilang mbak, nggak ada orang di rumah, Aku
kekunci di luar.” Lalu belum sempat gue menjawab, dia tidur lagi. Barulah gue
teringat dengan percakapan kami tadi sore saat dia bilang nggak ada orang di
rumah. Ibunya masih di tempat kerja dan ayahnya ada meeting. as always *FYI*
Sumpel masih teronggok dengan tidur gaya pingsannya di kamar
kos gue, sementara gue masih ngelirik2 jendela kali aja ayah atau mamanya sudah
pulang. Gue akuin bahwa monster yang satu ini sering banget ngebikin gue sebel.
Namun setiap kali keinget alasan dia bisa terdampar di kos gue, kesebelan
*gimana sih cara ngasih imbuhan pada kata sebel?* gue berpindah ke orang tua
dan kakak2nya.
Bukan hanya pada kondisi-kondisi terdampar, kadang Sumpel
datang ke kos dengan kondisi yang levelnya lebih ke atas dikit, yaitu
‘terdampar dan lapar’. Keluarganya berkecukupan, kemana-mana mainan yang
ditenteng adalah tab tapi kok ya bisa sampai kelaperan macam ini atau bahkan
kekunci di luar. Gue nggak ngerti lah ya bagaimana sistem operasional keluarga
dia ini. Makanya gue bilang do not judge
and do not take any misleading conclusion.
my point is, mari
kita simak lesson learned dari cerita
ini
dan pelajaran yang ingin gue sampaikan adalah, GO TAKE FUCKIN CARE OF YOUR MONSTERS!!!
Tau kenapa gue sebut anak kecil sebagai monster?
Karena mereka memang diciptakan untuk memporak porandakan
hidup orang tuanya. Kebangun di tengah malem, atau bahkan gak tidur kalau
anaknya lagi panas. Kemana-mana di tangan ada dot dan di punggung ada tas dora.
Jongkok di samping istana boneka udah jadi kebiasaan. Tiap makan ke luar harus
sibuk nyuapin anaknya dulu sampai kadang kelupaan dianya sendiri jadi nggak
makan. see…monster! –yet their parent
still put a smile while cleaning their mess-
Anak-anak ini bisa disebut monster kalau bisa ngasih efek
sama kehidupan orang tuanya. Nah kalau kasus Sumpel?? dia bukan monster buat
keluarganya. Bagaimana bisa dia jadi monster kalau keluarganya aja nggak ada
buat dia gangguin, buat dia ajakin nonton film, buat dia mintain tolong masak
mie instan malem2??
Jadi bagi kalian yang punya komitmen buat punya anak, jaga
komitmen itu sampai selesai lah bruh, sist. If
you’re the one who want to have a monster, then you should take the
responsibility comprehensively.
Nah kalau begini, siapa korbannya? gue? bukannn. Korbannya
adalah sumpel *ahay drama banget. bagus nih buat jadi punch line film drama keluarga*
ps: sorry I described Sumpel more than it needed, I just couldn't help it. You guys must meet him.
Komentar
Posting Komentar
Find de lesson already?
I hope so.
thanks for the comment anyway :D