Wild (2014)
Berhubung
hari ini adalah hari minggu dan jadwal gue adalah membeku di kos an seharian,
maka gue seenggaknya telah menyediakan perbekalan yang cukup supaya nggak mati
dan sari pati kehidupan gue nggak disedot oleh Dementor.
Salah
satu bekal berharga gue adalah film donlotan via wifi kantor yang kecepatannya
sudah lumayan ngasih tujuan hidup lagi setelah hampir seminggu berkutat pada
angka 20kbps. Dari banyak film yang gue donlot –tanpa rasa bersalah-, film yang
paling gue sayang adalah Wild (2014). Wild bercerita tentang embak2 muda yang
nekat melakukan pendakian Pacific Crest Trail yang jalurnya terbentang dari
Kalifornia sampai Kanada dengan jarak total sepanjang 2.663 mil atau setara
dengan 4.286 Km –ini gue kopas dari Wikipedia-
Selain
karena premis yang menarik, rating rotten tomatoes yang sampai 90%, dan emang
dasar sedang nganggur, gue beneran terdorong untuk nonton film ini gara2 bintang
utamanya nggak lain dan nggak bukan adalah embak2 beruntung yang direbutin sama
Kapten Kirk dan mas2 Ivan Locke di film This Means War. yeah, Reese Witherspoon.
Why? well..I won’t
tell you why karena butuh seenggaknya 4 paragraf penjelasan
dan itu artinya post ini baru bisa kelar paling cepat entar subuh. Jadi, mari move
on dan lanjut ngomongin tentang film modus.baru.bunuh.diri ini yang
ternyata diangkat dari kisah nyata seorang perempuan bernama Cheryl Strayed.
Cheryl saat itu punya hidup yang beneran fucked up. Berasal dari broken family karena sang ayah adalah
tipikal abusive parent yang suka
mabuk dan ngamuk, Cheryl dan adiknya akhirnya dibesarkan oleh ibunya sebagai single parent. Berawal dari kondisi
seperti ini, maka adalah wajar jika Cheryl sangatlah terikat dengan ibunya dan ketika
ibunya meninggal di usianya yang masih muda, hidup Cheryl practically ikut berasa kiamat.
Tidak tahan dilanda syok yang sangat berat, Cheryl
mulai ngaco ngejalanin hidupnya. Ngobat, selingkuh sana sini sampai hamil dan hingga
akhirnya dia dicerai sama suaminya. Lalu suatu ketika Cheryl pergi ke sebuah
toko dan melihat buku pendakian Pacific Crest Trail dan tetiba saja dia dapat
‘ilham’ dan mutusin buat melakukan pendakian dengan harapan perjalanan tersebut
bisa mengobati luka hatinya.
At the very beginning moment, gue disuguhi adegan Reese Witherspoon lagi duduk2 tepat di pinggir jurang
yang curamnya naudzubillah. Dianya lagi ngelepas sepatu sambil meringis
kesakitan karena ternyata kuku jempolnya lepas. Lalu tetiba saja sepatu yang
dia lepas ini jatuh menggelinding ke dasar jurang dan mbak Witherspoon nggak
tahan untuk nggak teriak sekenceng mpok Nori kalau lagi performs di tivi2. Gue
tidak menaruh iba saat itu karena satu hal yang refleks terlintas di kepala gue
adalah ‘suruh siapa juga duduk2 cantik di pinggir jurang mbak’. Sehabis adegan
itu, gue malah jadi curiga kalau ujung2nya mbak Witherspoon ini milih buat
ikutan loncat lalu akhirnya filmnya pun tamat.
Gue beneran nggak mengigau saat bilang bahwa film
ini ngasih impresi yang nggak baik di awal penceritaan. Tapi siapa lah ya yang
bisa nolak premis ‘embak-embak 23 something mendaki gurun kering gunung bersalju
90hari dan nggak mati’ ini
*Makanya gue lanjut aja nontonnya*
Tidak seperti yang gue duga, bukannya diliputi
oleh suasana gloomy, hari2 pertama
Cheryl mendaki malah disajikan dengan banyak adegan yang menurut gue lucu
–terlepas dari insiden sepatu menggelinding loh ya-. Mulai dari backpack segede
Yeti, berjalan dengan umpatan yang keputus2 karena kehabisan nafas, sampai
dengan kompor yang nggak bisa nyala hingga akhirnya Cheryl cuma bisa makan
makanan instan tanpa dipanasin selama seminggu. Itu lucu, seriusan.
Nggak ada adegan yang terkesan drama maksa di film
ini. Secara mau gimana plot utama nya saja cuma seorang cewek di tengah alam
semesta ditemani dengan backpack yeti dan masa lalunya. Nah masa lalu! ini dia
kunci yang dipakai untuk membantu kita memahami karakter Cheryl dan kisah pahit
yang dialaminya. Bolak-balik visualisasi antara keindahan Pasific Crest dan flashback kehidupan Cheryl membuat gue
nggak ingin pendakian itu berhenti. Bagaimana satu persatu masa lalu Cheryl
datang dan bagaimana Cheryl merenunginya berhasil merebut simpati gue dan
membuat gue ikut mulai memaafkan kesalahan2 yang telah dia buat. Iya, ceritanya
sedalam itu.
Pada akhirnya meskipun gue masih sedikit bingung
sama bagian prolognya, akan tetapi gue -yang entah gimana jadi berasa ikut memanggul
backpack berat itu selama film berlangsung- turut merasa lega. Cheryl jelas
akhirnya mampu mengatasi masa lalunya dan bersiap untuk memulai hidupnya
kembali.
Live your life well ya,
mbak Cheryl.
Dan untuk kamu, mbak Witherspoon, you’ve definitely done a good job :’) *lap
air mata yang lewat di hidung*
p.s.: saat orang-orang berbondong2 bilang kalau
mereka terinspirasi buat mendaki gunung semenjak nonton 5 cm, film Wild has given me such feeling.
barusan abis buka bekal yang di simpen lama banget di harddisk, udah mau mati soalnya sendirian di kamar -__-
BalasHapuskebetulan bekal nya sama, film dari emak emak super..
bagus yak ;)
Iya, bagus yak :')
Hapusmendadak baca post ini gue jadi pengen beli kaos kaki *lhah apa hubungannya*
Ga berasa uda setahun post ini dibikin.
Thanks btw uda mampir ke blog ini, jangan kapok yak :D