Dongeng Itik Kecil dan Anak Ayam #part1
Yeah…for the very first time, I
write a dongeng*
Di suatu
tempat di luar sana, terdapat sebuah padang rumput hijau yang sangat luas.
Padang rumput ini terbentang di pinggir hutan lebat yang tidak terjamah dengan
sebuah sungai yang cukup lebar sebagai pembatasnya. Penghuni padang rumput
hidup dengan damai dan berkecukupan. Apapun yang mereka butuhkan telah tersedia
di dalam padang rumput tersebut. Makanan, tempat tinggal, dan juga teman-teman
yang hidup saling berdampingan.. semuanya tersedia. Tempat yang nyaman bukan?
Dalam padang
rumput ini, tersebutlah seekor itik kecil yang tinggal sebatang kara di sebuah
semak-semak tanaman. Itik kecil ini adalah seekor anak itik yang penuh dengan
rasa ingin tahu. Dia selalu penasaran akan segala sesuatu. Pada suatu hari
ketika berjalan-jalan di tepi sungai untuk mencari makanan, itik kecil berhenti
di sebuah batu dan memperhatikan sungai di depannya. Dia lalu mendekati seekor
ikan yang sedang berenang di tepian sungai dan bertanya dimana air sungai itu
berhenti mengalir. Sang ikan cuma terdiam cukup lama lalu akhirnya berkata,
“Aku tidak tahu..aku tidak pernah
memikirkannya. Tapi bukankah yang terpenting kau tidak kehausan? Jangan
bertanya sesuatu yang tidak penting.” Lalu sang ikan berenang menjauh begitu
saja. Itik kecil ini hanya diam, kemudian kembali berjalan meski dengan hati
kecewa karena pertanyaannya tidak terjawab.
Pada hari
berikutnya ketika Itik kecil sedang berjalan-jalan, tiba-tiba langit berubah
menjadi gelap dan titik-titik air mulai berjatuhan dari langit. Itik kecil
berlari-lari mencari tempat berteduh dan akhirnya menemukan sebuah tanaman
talas dengan daun yang cukup lebar. Dia duduk bersandar pada batang daun dan
mengamati tetesan air yang semakin lama semakin deras, lalu tiba-tiba ada
seekor katak melompat kearahnya untuk ikut berteduh. Sambil menengadahkan
kepalanya ke langit yang kelabu, Itik kecil itu bertanya pada sang katak
mengapa kadangkala air jatuh dari langit? Sang katak menjawab dengan acuh,
“Entahlah,
siapa yang tahu. Bukankah yang penting kita punya tempat untuk berteduh
sekarang?” Lalu sang katak meloncat pergi menuju tanaman talas dengan daun yang
lebih lebar. Itik kecil itu lagi-lagi tidak memperoleh jawaban yang dicarinya.
Setelah
menunggu seharian, akhirnya tetesan air yang turun dari langit mereda. Itik
kecil berjalan dengan lemas menyusuri sungai untuk kembali ke semak-semak
tempat tinggalnya. Lalu, tiba-tiba langkahnya terhenti saat melihat pantulan
garis warna-warni di permukaan sungai. Itik kecil mengangkat kepalanya dan
melihat langit telah dihiasi garis lengkung berwarna-warni yang indah. Dengan
gembira dia berjalan menuju rumahnya sambil terus menatap langit hingga tak
sengaja menabrak seekor kelinci yang sedang bermain dengan kelinci lainnya.
Kelinci itu bermuka masam karena jatuh tersungkur saat tertabrak oleh itik
kecil. Lalu, kelinci itu berkata dengan gusar,
“Hei itik..kau
harus melihat ke depan ketika sedang berjalan!” Itik kecil hanya tersenyum dan
berseri-seri,
“Hei, hei
kelinci…lihatlah! di atas sana ada garis berwarna yang indah sekali, apa kau
tau itu apa? Apa kau tahu bagaimana garis-garis itu ada disana? Apa aku bisa
menyentuhnya? Kalau kau tau beritahu aku kelinci.” Itik kecil itu bertanya
tanpa henti sambil melompat-lompat kegirangan. Si kelinci dan kawan-kawannya
serempak menatap langit lalu saling tatap dan selanjutnya mereka tertawa
terbahak-bahak.
“Hahaha, itik temanku.
Siapa yang bisa membuat sesuatu semacam itu? Dan kalau bisa buat apa juga? Tidak
bisakah kau berhenti memikirkan hal yang aneh hahaha.” Lalu gerombolan kelinci
itu pergi dan sibuk bermain kembali.
Itik kecil
tertunduk lesu dan berjalan pelan menuju sarangnya.
“hei itik kecil..daripada
berpikir yang tidak-tidak, lebih baik kau bermain dengan kami.” Seru salah
seekor kelinci yang melihat semangat itik kecil yang memudar. Itik kecil
melambaikan sayapnya dengan enggan,
“Aku sedang
tidak bersemangat, lain kali saja.” Itik kecil tanpa sadar telah berubah
menjadi begitu berbeda. Baginya, bermain di padang rumput ataupun melakukan
rutinitas yang sama setiap harinya menciptakan kejenuhan yang luar biasa. Dia
mulai merasa ada lubang di suatu tempat di dalam dirinya, lubang yang dia
yakini berasal dari rasa bosan yang menumpuk dan kejengahan karena tidak dapat
menjawab pertanyaan-pertanyaan di dalam benaknya. Lubang itu akan terus
membesar bila dia tidak melakukan apa-apa, atau jika dia memilih untuk tidak
menghiraukannya.
Perbedaan
perilaku ini akhirnya membuat para penghuni padang rumput mulai hafal dengan
tabiat itik kecil. Karena merasa terganggu..mereka berangsur-angsur mengabaikan
itik yang gemar sekali bertanya ini. Mereka merasa tidak nyaman dengan pikiran si
itik kecil yang ‘tidak biasa’ dan betapa tertariknya dia pada segala sesuatu
yang ‘tidak dapat dijelaskan’. Menyadari hal itu, itik kecil itu mulai belajar
untuk tidak pernah lagi mengeluarkan pertanyaan-pertanyaan yang muncul di
kepalanya. Dia tidak ingin ditinggalkan sendiri oleh penghuni padang rumput yang
sudah seperti keluarga di dalam kehidupannya. Anak itik perlahan-lahan berubah
menjadi anak itik yang pendiam. Namun, meskipun sudah mahir untuk tidak serta
merta menunjukkan rasa penasarannya, berbagai pertanyaan masih berjejal di
kepalanya, dan semakin hari semakin terasa membesar. Di dalam hatinya, ada satu
pertanyaan yang akhirnya terjawab, yaitu pertanyaan dimana dia dapat menemukan
jawaban dari semua pertanyaannya. Dan jawabannya adalah, bukan di padang rumput
itu!
Sejak saat
itu, itik kecil hanya berjalan-jalan di padang rumput seraya berharap menemukan
satu saja petunjuk untuk rasa ingin-tahunya yang terlampau besar. Kesehariannya
selalu sama, hingga pada suatu waktu, dia merasa menemukan satu titik cerah.
Hari itu, air kembali jatuh dari langit dengan begitu derasnya, itik kecil yang
seperti biasa sedang mencari makan di tepi sungai segera berlari ke kumpulan
tanaman talas berdaun lebar untuk berteduh. Ketika sedang duduk bersandar di
batang daun, itik kecil melamun seperti biasanya dengan pikiran kemana-mana.
Lalu..tanpa diduga seekor anak ayam berpenampilan aneh berlari untuk berteduh
di bawah daun talas yang sama.
Anak ayam itu memakai rangkaian bunga kecil
berwarna-warni yang dilingkarkan di kepala mungilnya. Itik kecil mendekati anak
ayam dan mengamati rangkaian bunga itu dengan penuh rasa penasaran.
“Hei anak
ayam, kenapa kau menaruh bunga di kepalamu seperti itu?” Tanya itik kecil
sambil menunjuk kepala anak ayam. Anak ayam tersenyum dengan bangga lalu melepas
lingkaran bunga di kepalanya
“Kau
tahu…setiap tetesan air ini selesai berjatuhan dari atas sana, akan ada garis
beraneka warna di langit, indahhhhh sekali. Aku membuat rangkaian bunga ini
agar semua orang bisa melihat keindahan di atas sana setiap hari, bahkan disaat
air tidak berjatuhan dari langit, aku menamainya..pelangi, keren kannn.” Dengan
penuh percaya diri anak ayam mengangkat rangkaian bunganya tinggi-tinggi
“Lihat kan? bahkan
ketika air masih berjatuhan, warna warni ini sudah terlihat dengan cantiknya.”
Anak ayam kemudian memakai rangkaian bunganya kembali. Itik kecil terperanga
dengan cara anak ayam memberikan penjelasan dan hatinya spontan menerka-nerka
siapa gerangan hewan yang ‘berbeda’ ini…
Bersambung…
Komentar
Posting Komentar
Find de lesson already?
I hope so.
thanks for the comment anyway :D