Dongeng Itik Kecil dan Anak Ayam #Part4
Tiba saatnya
burung kembali terbang karena sayapnya telah sembuh sempurna. Sebelum pamit
pergi, dia menawarkan diri untuk mengantar anak ayam mencari keluarganya. Anak
ayam dilanda keraguan yang teramat besar, dia menatap itik kecil dan hutan misteri
secara bergantian. Anak ayam sangat tahu seberapa penakut itik kecil di
hadapannya itu, dia juga tahu bahwa hanya dengan sedikit tekanan, itik kecil
akan tersungkur dan tidak tahu cara bangkit.
Melihat
kegelisahan di mata anak ayam, Itik kecil hanya diam saja, sebenarnya dia ingin
sekali anak ayam menemukan keluarganya, sungguh. Namun mulutnya selalu tidak
sampai untuk menyuruh anak ayam pergi karena seketika bayang-bayang dia harus
berjalan sendiri menuju hutan misteri akan datang dengan menakutkan. Itik kecil
terus saja berdiam diri, tak bergeming, layaknya pengecut. Dia menunduk
mengamati tanah, berharap anak ayam akan mengambil keputusan yang terbaik, dia
selalu percaya anak ayam adalah hewan yang bijaksana.
Dan
akhirya…anak ayam mengambil keputusan. Anak ayam memutuskan untuk ikut bersama
dengan burung untuk menemukan keluarganya. Anak ayam menghampiri itik kecil dan
merangkulnya dengan erat.
“Kau bisa ikut
denganku.” Itik kecil hanya menggeleng,
“Mereka
keluargamu, segera susul mereka. “ Ujar iti kecil ahirnya, meski dengan berat
hati.
“Atau, atau,
kalau tidak, kita bisa bertemu lagi di hutan itu, kita akan bertemu lagi.” Hibur
si anak ayam. Itik kecil akhirnya memaksakan diri untuk tersenyum lebar,
“Ya…kita akan
bertemu di hutan misteri, kita akan bertemu.” Ucap itik kecil sambil melepaskan
diri dari rangkulan anak ayam. Merasa tekah dikhianati, padahal dia tahu dia
tidak berhak menyimpan perasaan itu.
“Aku akan
baik-baik saja anak ayam…sambutlah kesempatan ini selagi kau bisa.” Ujar itik
kecil lagi. Dia sekuat hati memberikan senyum terbaiknya, namun tidak cukup
berhasil karena suaranya bergetar dan paruhnya seolah tersumbat. Mendengar
ucapan itik kecil, anak ayam terlihat sedikit cemas,
“Kau harus
kuat itik, jangan biarkan hewan lain menjatuhkanmu. Kau tidak boleh patah
semangat, ada cerita besar di balik hutan itu, dan jangan terlalu sering
menangis, itu sangat tidak kulll.” Anak ayam mengusap kepala si itik kecil, lalu…anak
ayam naik ke punggung sang burung dan akhirnya mereka terbang, membubung tinggi
ke angkasa, semakin jauh dan jauh hingga terlihat seperti titik kecil di
langit.
Itik kecil
duduk dalam diam dan terus menatap titik itu menghilang dari langit. Lalu,
pandangannya terlempar pada tumpukan bekal yang telah mereka berdua siapkan.
Terdengar ada sesuatu yang retak di dalam dirinya, entah dimana tapi rasa
sakitnya terasa nyata, meskipun hanya sedikit. Lubang yang sedikit demi sedikit
telah tertambal sekarang kembali menganga. Dan yang dapat dua lakukan hanyalah memandangi
hutan di sebrang sungai dengan tatapan kosong.
“Apa yang
harus kulakukan sekarang?” Tanya itik kecil pada dirinya sendiri. Dia tidak
bisa membiarkan retakan itu semakin melebar, dia harus memperbaikinya. Tekad
itik kecil terlanjur sudah bulat, terlanjur sudah terlalu kuat. Dia tidak mau
berhenti, dia merasa harus tetap melangkah, dia merasa bahwa berdiam diri di sana
hanya akan menambah retakan di dalam dirinya.
Akhirnya, itik
kecil berdiri dan segera mengemasi perbekalannya, dengan buru-buru itik kecil
menyeka air mata yang sempat keluar, takut kalau-kalau anak ayam masih bisa
melihatnya.
“Ya, anak ayam
yang seenaknya sendiri itu tidak boleh melihatku menangis, jika sampai dia
melihat air mataku, dia pasti akan dengan bodohnya melompat dari punggung
burung untuk memarahiku.” Ujar itik kecil pada dirinya sendiri. Meskipun dengan
bagian diri yang sedikit sakit, dia memutuskan untuk segera pergi menuju hutan misteri
karena dengan begitu, kemungkinan untuk bertemu lagi dengan anak ayam akan
terbuka.
“Jika punya
kesempatan bertemu lagi, aku dapat memarahi anak ayam sepuasnya karena telah
tega meninggalkanku sendiri.” Itik kecil berjanji akan menunjukkan pada anak
ayam bahwa dia bisa sendiri. Dia kuat, dia bukan lagi itik kecil yang takut
untuk melangkah. Berkat anak ayam…
Dan
begitulah…perjalanan itik kecil pun, dimulai.
Bersambung…
*Baru-baru
ini untuk kedua kalinya ngeliat film life of Pi dan akhirnya nyadar bahwa film
ini merupakan sebuah film yang memiliki pemaparan yang luar biasa dalam.
Kenyataan
yang pahit diubah menjadi sebuah ilusi dengan karakter yang sederhana namun sarat
makna. Yeah…itu sih senangkepku aja, entah gimana orang lain menilainya.
Komentar
Posting Komentar
Find de lesson already?
I hope so.
thanks for the comment anyway :D