Dongeng Itik Kecil dan Anak Ayam #part2
Itik kecil
yang langsung tertarik dengan hewan yang tidak sengaja ditemuinya itu mengamati
setiap gesture sang kenalan baru yang dia anggap sangat unik. Anak ayam
bercerita dengan melompat-lompat kegirangan dan tersenyum lebar penuh percaya
diri. Itik kecil bertanya lirih pada sang anak ayam,
“Apakah kau
tau kenapa ada garis berwarna seusai tetes-tetes air ini berhenti berjatuhan
dari langit?” Anak ayam menatap itik kecil lalu menengadah ke langit yang masih
kelabu sambil sesekali menyentuh tetesan hujan dengan sayap kecilnya,
“Ehm…entahlah,
tapi pasti ada alasannya, pasti! Eh, apa kau mau lingkaran bunga seperti ini
juga? Aku mau memberikannya untukmu jika kau mau.” Anak ayam serta merta
melepas lingkaran bunganya dan saat akan memakaikannya pada itik kecil, seketika
anak kecil menghindar.
“Apa kau tidak
takut ditertawakan hewan lain jika memakai rangkaian bunga yang tidak biasa
seperti itu?” anak ayam mengerutkan keningnya dan tertawa kecil,
“Ditertawakan?
Pelangiku ditertawakan? Itu bukan urusanku, kalau aku suka ya sudah aku pakai. abaikan
saja mereka.” Ujar anak ayam sambil mengibaskan sebelah sayapnya,
“Jadi kau mau
tidak?” Anak ayam bertanya lagi sambil menyodorkan pelangi buatannya. Itik
kecil menerimanya dengan sedikit ragu. Perlahan-lahan itik kecil memakai
pelangi itu di kepalanya dan membuat anak ayam tersenyum lebar.
Anak ayam dan
itik kecil kemudian duduk bersandar di batang daun. Mereka sama-sama mengamati
tetes air yang jatuh ke sungai dan menciptakan percikan disertai suara berisik
yang khas.
“Kenapa kau
berjalan sendirian? dimana kawananmu?” Tanya itik kecil penasaran karena merasa
tidak pernah melihat gerombolan ayam di padang rumput itu.
“Entahlah..aku
tidak tahu. Dari yang aku ingat, aku sudah hidup sendirian sejak lama, tapi
tidak apa-apa..aku pasti akan bertemu mereka suatu saat nanti.” Ujar anak ayam
dengan santai dan masih bernada riang penuh keyakinan. Sejak saat itu, entah
bagaimana anak itik merasa bahwa sifat penuh keyakinan yang dimiliki sang anak
ayam menular pada dirinya. Dan entah bagaimana pula, mulai tumbuh keyakinan di
dalam dirinya, keyakinan bahwa ada jawaban untuk pertanyaan-pertanyaannya.
“Itik, kau tahu..aku punya keinginan untuk
pergi ke sana.” Ucap anak ayam sambil menunjuk hamparan hutan misteri. Sebelum
itik kecil merespon, anak ayam bicara lagi,
“Disana pasti
ada banyak hal yang baru. Mungkin disana rumput tidak berwarna hijau, atau mungkin
disana air memiliki rasa manis, atau atau atau mungkin saja disana ayam bisa
terbang, pasti asyik sekal.i” Anak ayam bicara dengan berapi-api dan penuh
semangat,
“Atau
bayangkan…mungkin disana ada makanan yang belum pernah kita lihat sebelumnya,
tumbuhan yang belum pernah kita lihat sebelumnya, suara-suara yang belum pernah
kita dengar sebelumnya.” Ucap anak ayam dengan tergesa-gesa karena seolah
banyak yang kalimat yang mengantri di pangkal lidahnya
”Indah sekali,
pasti indah sekali!!!”
Itik
kecil menerawang ke depan, ke hutan misteri dan membayangkan semua yang
diucapkan anak ayam. Dia tenggelam dalam imajinasi yang luar biasa dan sejenak
terangkat dari realita. Itik kecil tersenyum sambil mengamati anak ayam yang
berbicara kesana kemari mengenai apa saja yang mungkin akan dia temui ketika
berhasil sampai di hutan misteri, dia berlompatan, mengayunkan sayapnya saat
mengoceh dan kepalanya bergoyang-goyang karena ledakan semangat.
“Ah..Itik, aku
punya ide. Ide brilian! Kau harus ikut aku ke hutan misteri, iya, kau harus
ikut! Mungkin disana ada jawaban dari pertanyaanmu darimana garis berwarna
berasal, ya, benar! Pasti ada jawabannya disana.” Anak ayam menarik sayap itik
kecil yang sedang bersandar di batang daun dan mengajaknya berdiri dan mengamati
hutan misteri dengan lebih jelas.
“Apa? Aku?
Jawaban dari pertanyaanku?” Itik kecil tertegun atas ucapan anak ayam. Dia lalu
mengamati anak ayam dan melihat ada keyakinan di dalam sorot matanya.
“Ikut aku Itik,
ikut aku dan kita akan menemukan jawabannya!” setelah terdiam karena
kaget..akhirnya itik kecil tersenyum sambil mengangguk.
Pada hari itu,
itik kecil dan anak ayam bersepakat akan pergi bersama-sama ke hutan misteri.
Setelah air berhenti berjatuhan dari langit, mereka berdua segera mengumpulkan
bekal untuk perjalanan mereka menuju hutan. Sudah berhari-hari anak ayam dan
itik kecil mengumpulkan bekal dengan gembira. Meskipun banyak hewan yang
tertawa dengan rencana gila mereka, mereka hanya mengabaikan komentar hewan
lain dan bersikap seolah tidak peduli. Ya, seolah tidak peduli, bukan
benar-benar tidak peduli karena sebenarnya ada sedikit ketakutan di dalam hati
itik kecil, ketakutan kalau-kalau apa yang ada di hutan misteri ternyata tidak
seperti yang mereka bayangkan. Namun, keraguan ini akan segera hilang saat anak
ayam muncul di sampingnya dengan sorot mata penuh keyakinan yang selalu tampak
di dalam tatapannya dan semangatnya yang tidak pernah habis.
Pernah pada
suatu hari ketika itik kecil sedang sibuk mengumpulkan jamur yang tumbuh dari
sebongkah kayu lapuk di dekat sarangnya, seekor tupai yang menjadi tetangganya
sejak lama datang menghampiri,
“Hei itik,
tidakkah kau lihat, hutan itu dibentengi pepohonan tinggi, harusnya kau
membayangkan bagaimana susahnya memasuki hutan itu..dan apa kau pernah
berpikir, apa yang akan kau lakukan jika ternyata di dalam sana tidak ada
apa-apa? Atau yang lebih buruk, bagaimana kalau hanya ada hewan buas yang bisa
memakanmu kapan saja?” Tupai berkata dengan nada khawatir sekaligus meremehkan.
Itik kecil cuma tertunduk sedih mendengar ucapan tupai, lalu belum sempat ia membela
diri gerombolan kelinci datang dan ikut berkomentar,
“Itik, tahukah
kau..keinginanmu mencerminkan kesombonganmu. Pergi ke hutan misteri tidak akan
membuatmu berbeda. Kau hanyalah itik, kami hanyalah kelinci, dan seekor itik
ataupun seekor kelinci terbiasa hidup di padang rumput ini, untuk apa
bersusah-susah mendatangi sesuatu yang kau sendiri tidak tahu itu apa.” Kelinci
sebenarnya adalah teman yang baik dan peduli dengan itik, namun itu malah
membuat itik menjadi semakin sedih. Dia ingin menunjukkan bahwa hutan itu
menyimpan berbagai hal yang lebih baik. Namun masalahnya adalah, dia sendiri
bahkan belum pernah sampai ke sana.
Jadi,..bisakah dia
membuktikannya?
Bersambung…
Komentar
Posting Komentar
Find de lesson already?
I hope so.
thanks for the comment anyway :D