Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2012

Ketika 500meter=10menit

Beberapa waktu lalu, di hari Jumat yang buru-buru, saat jam masih menunjukkan pukul 06.30 pagi,  saat aku harus lari2 karena kalo enggak bakalan ketinggalan kelas kota tangguh lagi,  saat dengan serampangan aku jalan kaki untuk mengejar bus kota jalur dua, ada sesuatu yang membuatku berhenti Bukan karena kesandung, bukan karena sengaja nabrak mas-mas, bukan karena nemu duit segepok ngegeletak di tengah trotoar, tapi karena...jeng, jeng, jeng, jengggg Aku berpapasan dengan seorang simbah2 yang tiap hari jualan di pasar di deket kostku. Dan mendadak aku roll depan roll belakang –ya enggak lah!!- Kalo pake hasil analisa kurang ajarku, dilihat dari intensitas uban serta keriput yang uda mendominasi muka, simbah itu berusia nggak kurang dari 80 tahun. Simbah.yang.pasti.80.tahun itu hampir tiap jumat berpapasan denganku di jalan yang sama, bedanya…kami berlawanan arah, tapi tujuannya sama juga sih, untuk ngejalanin idup. Entah aku yang begonya nggak ketulungan ato emang ngg

Kampong Glam Wajah Lain Singapura dalam ‘Belantara’ Gedung Pencakar Langit

Gambar
K ota-kota di dunia memiliki ciri khas dan identitas masing-masing layaknya manusia yang memiliki perbedaan warna kulit, suku, ras, agama dan budaya yang membuat mereka mampu dikenali dan dibedakan dengan manusia lainnya. Namun, seiring dengan perkembangan jaman dan dinamika perkotaan yang terus berubah menjadi semakin kompleks karena pengaruh modernitas, fenomena pertumbuhan kota menjadi terkesan mulai tidak seimbang karena arah pembangunan yang lebih terfokus pada pemenuhan kebutuhan manusia didalamnya dan cenderung mengabaikan jati diri dari kota itu sendiri.             Gedung-gedung pencakar langit dibangun dengan teknologi tinggi untuk mengakali lahan yang sempit. Pusat-pusat perbelanjaan modern dibuat untuk menunjang gaya hidup masyarakat dan menarik wisatawan. Jalan-jalan diperlebar, rambu lalu lintas ada dimana-mana, polusi udara semakin parah dan degradasi lingkungan tidak terelakkan.             Perkembangan tersebut

regretting our life in the past?, just don't

why? aku nggak tahu juga kenapa, hanya aja.... rugi banget gitu lhoh, ngabisin waktu buat nyesel padahal waktu nggak akan ikut berhenti, nungguin lo selese nyeselnya, nah baru setelah penyesalan lo udah mereda, waktu baru deh jalan lagi. waktu itu egois guys... ngaco banget ya? ok, aku cerita aja deh. beberapa waktu yang lalu, ada sebuah disaster yang datang ke hidup gue tanpa permisi, really,really a big disaster yang nggak bisa gue ceritain disini, pada intinya adalah...ini berat banget, dan nyakitin, dan ngecewain, dan ngejutin. kalo mau tahu rasanya, bayangin aja kalo tiba2, tanpa diduga tanpa curiga, pacar lo ngaku aja gitu lhoh kalo dia itu sebenernya homo atau semacamnya -bukan berarti masalahku kayak gitu lho, pokoknya cukup fokusin sama rasa sakitnya, bukan kasusnya- nah loh, gimana coba, kebayang nggak rasanya? well, kasus yang itu tadi malah setingkat lebih ringan dari yang aku adepin. karena...kalo yang diatas tadi itu cuma syok karena pacar.gue.homo.w