Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2011

Mengurai masalah seperti soal PKn

Kalian tahu, Kata orang, kalau kita udah dewasa, maka kita punya kemampuan untuk membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Mana yang hak dan mana yang bathil. Tapi,...nyatanya tidak Maksudku, kadang bener2 tidak mudah. Ada kalanya kita dihadapkan pada suatu situasi yang sangat rumit sehingga kita tidak bisa dengan begitu saja memutuskan ini yang benar dan itu yang salah. Cukup sulit. Karena kebanyakan, suatu hal selalu terkait dengan hal lainnya, seperti efek domino kalo boleh aku bilang, jadi...jika ada satu masalah yang diselesaikan dengan suatu cara tertentu –yang entah benar atau salah-, maka akan ada masalah baru yang timbul sebagai efek dari penyelesaian masalah tersebut. Sederhananya,   itu disebut sebagai ‘resiko’. Well,... Karena itulah, beberapa hari ini, aku, sebagai seorang warga negara yang baik hati, tidak sombong dan selalu tertib makan 3x sehari mencoba mencari cara untuk mengatasi masalah ‘kesulitan menyelesaikan masalah’ in

Wall-E

Gambar
Wall-E merupakan sebuah film animasi sci-fi yang mengangkat masa depan sebagai tema cerita. Tapi, uniknya…disaat film2 lain dengan tema yang sama sibuk mem- blow up betapa canggihnya peradaban manusia di masa depan, film Wall-E memberikan satu perspektif berbeda mengenai efek –samping ?- dari perkembangan peradaban itu sendiri. Diceritakan pada Tahun 2100an, kadar polusi di bumi sudah melampaui ambang batas  sehingga sudah tidak memungkinkan lagi untuk ditinggali. Oleh karena itu, manusia mengungsi untuk sementara dan tinggal di sebuah kapal induk yang menyediakan segala kemudahan dan kecanggihan yang ada sementara program pembersihan bumi dilakukan, - well …kalo diinget2, ide seperti ini juga pernah diangkat dalam film City Of Ember , bedanya adalah…kalo di film city of ember, manusianya ngungsi ke bawah tanah, sedangkan di Wall-E, manusia ngungsi ke luar angkasa-. Sampai disini…aku jatuh cinta, hehehe. Walopun pada 15 menit pertama aku masi n

Benarkah seburuk itu?

Hai semuanya... Apa kabar kalian?. Kuharap kalian baik2 saja dimanapun kalian berada. Jika kalian tanya kabarku...uhm, J I am fine, too Kalian tahu, setelah insiden ‘dua hari rasanya mo mati’, I did something bad. Ada yang tahu apakah itu?, anyone? Yep, right. Aku ngambek sama Tuhan. Aku ngambek sama dunia. Aku berhenti melakukan semua tanggung jawabku dan terus bertanya ‘how could these happen to me???’ Hidup serasa sulit banget. Amat sangat tidak adil!!! Karena, aku ngerasa kehilangan banyak hal hanya dalam satu waktu, hanya dalam hitungan jam dan aku ngerasa kehilangan terlalu banyak. Setelah tugas yang kubuat dibatalkan secara sepihak, aku dengan reflek memutuskan untuk tidak melakukan apa-apa lagi, aku memutuskan untuk diam mematung di pojokan sementara teman2ku terus berusaha. Hei apa gunanya gitu loh berusaha, nggak akan ada yang berubah. it doesn’t mean anything anymore! . Gimana kalo tiba2 aja konsep tugas diubah lagi?, siapa yang bakal tahu kalo kerj

Sehari setelah ‘rasanya aku mau mati’

Hariku nggak bertambah baik hari ini, Bahkan, sebaliknya... it is getting worse . Kemaren, aku bilang bahwa hari itu rasanya aku mau mati, dan alasannya adalah karena aku tidak pulang bahkan disaat aku tahu hari itu nenekku jatuh Koma. Aku punya alasan yang kuat kenapa aku nggak bisa pulang, yaitu...aku punya tanggung jawab untuk menyelesaikan tugas yang bener2 ngaruh sama nilaiku dan beberapa orang lain which is temen kelompokku sendiri. Tapi, hari ini rasanya semua sia-sia. Totally...cuma omong kosong. Hari ini yang harusnya jadi deadline dari tugas yang aku buat dengan jatuh bangun menjadi hari yang paling memuakkan sedunia. Mendadak aja gitu format tugas kami berubah sebab dosen penguji kami juga berubah karena dosen yang lama sedang sakit. Yang mana itu artinya... Pengorbananku sia-sia. Nyesek banget! Rugi banget rasanya memilih untuk memenuhi tanggung jawab dibandingkan menjadi egois dengan pulang menengok keadaan simbah. Apalah artinya pengo