Postingan

Menampilkan postingan dari 2010

Belajar Coreldraw, Photo shop dan Sketch up (Part 2). wow…

Gambar
PHOTOSHOP belajar photoshop –atau lebih dikenal dengan istilah soto sop oleh anak-anak di kelas- tidak kalah parahnya untukku jika dibandingkan dengan ‘insiden bajak laut’ coreldraw…, tapi, jika dipandang dari perspektif berbeda aku tetap akan mengatakan bahwa aku bangga dengan karyaku sendiri –masih mencoba membela kebodohan sendiri-. Photoshop jelas lebih popular daripada coreldraw, sesuai dengan namanya, photoshop erat kaitannya dengan yang namanya foto. software ini pada dasarnya digunakan untuk mengedit suatu gambar agar terlihat lebih baik. Kalian bisa menghilangkan jerawat yang mengganggu ataupun memutihkan kulit agar foto kita bisa menjadi terlihat lebih manusiawi dan menarik perhatian, -hehe itu pengertian kasarnya sih-. Untuk jurusanku, photoshop punya fungsi yang sama dengan fungsi dasarnya. hanya saja disini, photoshop bukan untuk mengedit foto narsis kita, melainkan untuk mengedit foto-foto kondisi kota agar terlihat lebih nyata dan lebih tepat sasaran sesuai dengan apa

Belajar Coreldraw, Photo shop dan Sketch up (Part 1). wow…

Gambar
CORELDRAW Setelah dengan sukses kesasar masuk ke jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota di Universitas Gadjah Mada, banyak hal menarik menantiku untuk terkejut, frustrasi, marah, dan ada kalanya seneng nggak ketulungan karena bisa membuat suatu karya. Banyak banget pelajaran yang kudapat dari yang namanya kuliah, apalagi di jurusan ini, semua orang dituntut untuk bisa mengerti apa yang namanya belajar, bekerja dan bekerja sama. nggak kebayang deh gimana jadinya makhluk nggak produktif semacam aku ini tanpa ada teman-teman dan dosen yang siap membantu. Pertama, hal paling mendasar dalam masalah aplikasi software yang harus aku kuasai sambil jalan -karena memang aplikasi ini sama sekali tidak diajarkan oleh dosen atau siapapun di kampus, jadi harus belajar sendiri- adalah Coreldraw…, jengjengjeng… Coreldraw adalah sebuah aplikasi yang dikhususkan untuk desain 2 dimensi. di jurusan kami, Coreldraw digunakan untuk mempermudah display sebuah rancangan awal data gambar dan diagram -mungkin

Disaster Called Merapi?

Gambar
Rasanya memang udah takdir kalau kita tak bisa selamanya menjadi penonton jika ada bencana yang numpang lewat. aku hanya menjadi penonton saat Aceh dilanda tsunami, aku hanya jadi penonton saat gempa melanda Bantul dan Jogja, dan lagi-lagi aku hanya jadi penonton saat Longsor terjadi di Bandung. Namun kali ini Tuhan punya ide lain. Akhirnya ada juga bencana alam yang cukup berpengaruh menyapa hidupku, duniaku. bukan banjir, atau longsor, atau tsunami. Sesuai dengan habitatku yang berada di kabupaten Boyolali yang notabenenya merupakan kabupaten yang terletak di lereng gunung teraktif sedunia –merapi booo-, maka bencana yang datang tentunya nggak jauh-jauh amat dari yang namanya bencana kegunungan. Merapi meletus pada akhir Oktober 2010. ribuan warga di sleman, Magelang dan Boyolali diungsikan ke tempat yang lebih rendah. Fuih…rasanya seperti menjadi actor dadakan untuk sebuah  film disaster sekelas Volcano dan rasanya tegang bang

bukan berarti penghianat kalo pengen belajar tentang Belanda

Gambar
kincir paling tua di Belanda. (Foto: www.photobucket.com) Belanda atau yang lebih populer dikenal sebagai 'mantan penjajah' di kalangan orang Indonesia sebenarnya punya banyak keunggulan yang bisa kita pelajari. -jangan hanya karena nenek-kakek kita dulu bencinya setengah mati sama mereka, kita juga jadi harus ikut-ikutan dapet warisan rasa benci itu, setuju?-. Emang sih, dulu Belanda punya tabiat jelek yang suka ngakalin negara-negara dunia ketiga kayak Indonesia, tapi itu sebenarnya juga merupakan bukti bahwa Belanda adalah negara pintar (hanya negara pintar yang bisa menjajah sampe 350 tahun) yang punya potensi lebih untuk dipelajari atau kalo memungkinkan di'imitasi' -caelah, bahasa gue- . Belanda punya luas yang jauh lebih sempit, lebih tandus, lebih beresiko, dan lebih2 lainnya yang mengarah ke sisi negatif dibandingkan dengan indonesia, lalu pertanyaannya kenapa bisa Belanda memiliki reputasi yang lebih baik dari Indonesia, bahkan yang paling ironis adalah dal