Postingan

Menampilkan postingan dari 2013

Bukan Tanah, Tapi Ruang.

Kemarin ketika sedang berhenti di sebuah lampu merah, aku melihat ada satu mural yang menarik. Mural ini ukurannya lumayan gede karena dibuat pada dinding sebuah deretan toko yang tepat berada di salah satu sudut perempatan. Sebenernya bukan gambarnya yang membuatku tertarik -fyi aku selalu suka mengamati mural- melainkan tulisan yang dilukis tepat di tengah2nya dengan ukuran yang lumayan nyolok mata. Tulisan di mural itu kurang lebih begini: “Setiap Orang Butuh Tanah” Mural ini ada sejak isu jogja ora didol (jogja tidak dijual) menjadi tren akhir2 ini sebagai respon terhadap merebaknya pembangunan hotel dan mall di Jogja. Cuma kali ini aku gak mau ngebahas soal permasalahan tren pembangunan bangunan komersil di jogja, jadi anggap aja ini sekilas info karena ada yang lebih menarik untuk ditulis. Membaca tulisan itu mengingatkanku pada salah satu permasalahan pembangunan khususnya pembangunan perkotaan yang dulu sempat disinggung2 di salah satu kuliahku. Lalu apakah p

Jatuh cinta

  Kalo gue bilang “gue lagi jatuh cinta” temen-temen gue punya kecenderungan untuk bertanya “sama apa jatuh cintanya?” ketimbang “sama siapa?” Such a kampret friend. Yep, teman yang bener2 ngerti gue orang macam apa :-) Haha, ya! intro diatas dibuat dengan tulisan miring-miring biar keliatan dramatis dan nyantol di memori para pembacanya. Kebawa aja gitu dari gaya nulis seseorang di blog tetangga. Selain meninggalkan kesan tentang cara nulis, blog tetangga ini juga mengenalkan gue sama blog tetangganya dan blog inilah yang membuat gue memulai cerita dalam posting kali ini *sungkem sama yang punya blog*. Jadi kesimpulannya, bisa dikatakan bahwa blog tetangga ini telah nyomblangin gue sama blog tetangga dia yang kalau diistilahkan secara sederhana bisa juga disebut sebagai blog tetangganya tetangga *apasih* well.. Kalo perlu diperjelas, ya berkat blog tetangga yang bersahaja ini, gue jatuh cinta sama tulisan. Sebentuk benda mati. Bukan siapa tapi apa. Pada awalnya, gue nem

Aksi dan Reaksi

Akhir2 ini sejak kelulusan gue dan melesetnya target jangka pendek gue untuk bekerja di bulan Juni, gue merasa bahwa situasi gue sedang sampai pada titik terendah dalam siklus hidup gue. I need to work at a place where a deadline is a routine. I have to earn money for myself, I need to (re)start searching for a job to calm down my mom I dunno, I just can’t easily accept that the whole thing runs differently. Dalam titik terendah ini, gue jadi sadar bahwa hidup nggak cukup dengan senantiasa berbuat baik dan berharap hal baik juga akan terjadi pada diri kita. Ngasih kursi kita buat nenek2 renta di bus atau nyumbang mie instan sekardus buat korban bencana alam does make us feel better, but it doesn’t work the same with our situation, it can’t fix anything wrong in our life. Iya, hidup bukan sekedar tentang aksi. Tapi hidup juga adalah tentang reaksi. We act nice, we’re doing fine, we always try to keep it that way. But no, not with the reaction, we have nothing t

Ilmu Taraf Dewa

Ah senangnya bisa ngepost rada rutin lagi… Meskipun posting di jam 1 dini hari begini, meski di page yg di minimize kerjaan masih numpuk, meski badan sudah pegel, tapi Alhamdulillah nyawa gw masih utuh. Haha..masalahnya hari ini gw gatel banget mau cerita soal kerjaan Kapan itu di post sebelumnya, gw pernah cerita bahwa dengan kerja disini, gw pengen menguji keimanan gw terhadap aliran pesimistik yang selama ini gw yakini. Iya, aliran paling logis dimana gw percaya bahwa ilmu PWK terlalu mulia dan belum bisa diterima di Indonesia, khususnya di kalangan birokrat kita. Nah..di hari kamis, gw mendapatkan kesempatan itu. Gw ikut rapat koordinasi bareng para tetua pusat studi which is kebanyakan adalah ahli di bidangnya untuk ngebahas hasil pengumpulan fakta dan analisa dari wilayah yang akan kami rencanakan. Dalam jadwal yang gw dapat, acara dimulai pukul 16.00 sampai 22.00 di salah satu hotel yang ada di jakal –ini ngapain aja rapat nyampe 6 jam-. Disana, selain tim p