Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2011

#10. "doing a little thing"

Hari ini adalah hari jumat, dan itu berarti...semua hariku tertambat di kost, yang biasanya kuisi dengan tidur, makan, nonton film, tidur, makan dan tidur. I am okay with that tapi mataku sedikit terganggu hari ini saat melihat bapak kost sudah mulai membawa-bawa kursi panjang ke beranda kostku, secara normal...jika Ibu kost sudah melihat gelagat aneh pak kost yang seperti itu, beliau pasti akan mengeluarkan kekhawatirannya dengan intensitas suara yang keras dan kadang sangat mengganggu pendengaran. tapi hari ini tidak...bapak kost tampaknya tahu kalau ibu kost sedang tidak ada. beliau dengan sigapnya menaruh kursi panjang tepat di bawah genteng dan...beliau menanjatnya sesuai dengan dugaanku. pernahkah aku cerita tentang bapak kost yang sering lupa bahwa umurnya itu sudah tergolong manula?, ibu kost sering hampir terkena serangan jantung saat tiba-tiba beliau mendapati bapak kost sedang nangkring diatas kursi tinggi, atau di pohon jambu, atau di pohon-pohon yang lain. ckckck...

#9. My Ninth...

Pernah merasa marah? aku pernah. dan saat ini aku sedang marah... itu jadi pembelaanku kenapa aku malah online di  laboratorium kampus saat ini padahal ada kelas perencanaan permukiman yang harusnya akau ikuti di lantai dua. tadi pagi derajat semangatku saat berangkat ke kampus adalah 10 persen dan itu kuanggap sudah yang paling buruk sejak aku sering mual-mual 3 hari yang lalu -baru nyadar ternyata kondisi fisik bener-bener pengaruh sama yang namanya mood- dan 2 jam kemudian, saat aku sudah berada di kampus..., angka yang tadinya menunjuk 10 % dan kuanggap sudah paling buruk sehingga nggak akan ada sesuatu yang lebih buruk bisa terjadi ternyata belum cukup buruk hingga mendadak derajat semangatku turun menjadi 3% dan itu baru yang bisa disebut sebagai situasi terburuk. I dont know why ..., ok.ok. aku mengaku...aku jelas tahu apa alasanya tapi aku tidak bisa men- share disini atau bisa-bisa 2 hari kemudian namaku akan terpampang di infotaiment sebagai tersangka utama pencemara

#8. eight..."upside down"

u pside down ...terjungkir dan terbalik. itulah dunia, itulah nasib, dan itulah cerita... bayangin kalau kau  harus membaca novel setebal 700 halaman dan ceritanya hanya datar-datar saja, pastinya nggak akan seru kan? mana ada best seller yang tidak mempermainkan emosi pembacanya. huh...ya, mudah saja bilang 'tidak akan seru', karena yang kita baca bukanlah cerita kita, bukan kita yang menjalaninya, lalu, bagaimana kalau kita yang jadi aktor didalamnya?, bagaimana kalau kita yang terjungkir dan terbalik?, yang menjadikan cerita kita seru di mata orang lain? I dont think so, salah satu temanku pernah bilang bahwa nasib kita itu seperti roda yang berputar, kadang diatas dan kadang di bawah. lalu aku bertanya padanya, bagaimana kalau besar roda nasib setiap orang itu berbeda-beda, yang siklus perputarannya juga tidak sama? disaat yang satu sudah mencapai puncak rodanya dan yang satunya lagi masih terhambat di tengah-tengah putaran, disaat roda yang lebih kecil berputar dengan

#7. The seventh...

nice day... mau tahu alasannya kenapa?, karena aku bisa melakukan pemberianku bahkan sebelum aku sempat memikirkannya. pagi ini, saat aku turun dari bus menuju kampus..., aku berpapasan dengan seorang kakek yang tuaaaa banget sedang berjalan dengan topi yang dipegangnya di tangan kiri dengan posisi dibalik. aku tahu apa itu maksudnya, tapi dia tidak meminta, dia hanya berjalan tanpa sendal menyusuri trotoar dengan muka lelahnya yang membuatku tidak tega. saat dia melintas di depanku, aku hanya diam saja, tapi mataku tak bisa berpaling darinya sehingga setelah dia sudah 200meter -kira-kira- dariku aku balik mengejarnya sambil mengambil uang di saku ku -jangan bayangin adegan-adegan film dimana sang aktor utama mengejar kekasihnya yang hampir naik pesawat, atau kereta, atau bus, atau apapun karena ini sama sekali tidak seperti itu!-, sang kakek tersenyum lebar padaku dan dia benar-benar tampak senang, bukannya sok tahu tapi kurasa dia bersyukur karena punya cukup uang untuk membeli sa

#6. My sixth...

I am not in a good mood today. dan mood bisa saja merusak semua hal yang dirangkai di hari sebelumnya. begitu juga dengan komitmen memberiku... tadinya aku benar-benar tidak peduli apakah aku sudah melakukan pemberian atau belum, dan dengan emosi yang mengendalikan fikiranku, tiba-tiba 29 challenge terdengar begitu konyol dan desperate. aku memutuskan untuk berhenti dari tantangan ini, tapi... masa iya begitu saja?, ini baru 6 hari dan hanya karena ada beberapa hal yang berjalan dengan buruk bukan berrti aku bisa seenaknya mengacaukan segalanya -walaupun secara teknisnya bisa karena ini adalah hidupku dan aku bisa melakukan semua yang ku mau-. saat terbaring di tempat tidurku aku mulai berfikir lagi...aku mencoba mengingat keseluruhan hari dan mencari tahu apa akar dari buruknya hariku hari ini. dan aku mendapatkannya... aku juga ingat bahwa ternyata aku sudah melakukan pemberianku. tadi siang, aku berbagi makanan pemberian ibu kost dengan teman-temanku di kampus. aku senang mereka

#5. My fifth gift… “I don’t get it”

Kalian boleh bilang kalau aku lebay setelah membaca tulisan ini, tapi…jangan melontarkan komen nya sekarang, sepakat? Hari ini aku sedikit tercengang –aku tidak bisa menemukan kata yang tepat untuk mencurahkan ekspresi ini- saat melihat tetangga di depan kostku bertengkar dengan hebatnya. Seorang anak perempuan seumuranku dengan sang Ibu. Aku tidak mengerti kenapa sampai ada pertengkaran yang begitu menyeramkannya –apa tadi aku sudah menjelaskan bahwa ada piring dan barang-barang rentan pecah yang ikut ambil andil dalam pertengkaran tersebut?-. Aku tahu alasan pertengkaran mereka tapi menurutku itu tidak bisa dijadikan alasan seorang anak sebegitu marahnya pada sang ibu, bagaimanapun juga itu ibunya kan? Aku hanya…aku hanya tidak mengerti, aku benar-benar tidak mengerti. Diam-diam aku bersyukur, meski aku tahu hubunganku dengan orang tuaku tidak bisa digambarkan dengan istilah home sweet home , tapi paling tidak aku tidak pernah punya alasan untuk meneriaki mereka dengan suara yang

#4. My fourth gift… “3 gifts ; Emil, video klip dan film”

Gambar
ok,…sebenarnya aku tidak ingin membuat blog ini seolah adalah diary ku, tapi karena ada jurnal –sekali lagi, JURNAL- yang harus kubuat, maka itulah yang sedang kulakukan. Aku pernah mengatakan bahwa sebenarnya filosofi memberi sama dengan menerima, dan hari ini… aku sedang belajar menghargai pemberian dari orang lain, dan asal kalian tahu, bagiku terkadang, menghargai adalah sesuatu yang sulit untuk dilakukan, terutama jika harus menghargai pemberian berupa hal-hal yang aku anggap, uhm…weird?, no,no,no, hanya sesuatu yang terasa berada di luar duniaku. aku menerima ‘Emil’ things dari salah satu sahabat baikku hari ini, dan itu baru permulaan. Aku juga mendapatkan video –tepatnya DUA buah video- “cowok-cowok cantik Korea” –atau Taiwan?, atau Jepang?, aku tahu aku payah karena membedakannya saja aku tidak bisa-, hal tersebut adalah 2 dari beberapa hal yang aku klasifikasikan kedalam ‘hal gaib’ yang sangat jarang tersentuh olehku. selain itu aku juga menerima dua buah film bergenre drama

#3. the third gift "pemberian untuk orang didekatku"

tidak terjadi banyak hal dalam hidupku hari ini,  jadi aku bingung harus menulis apa… hariku berjalan dengan singkat hari ini karena tidak ada deadline tugas yang harus dikejar, atau film yang menuntut untuk ditonton, tidak ada apa-apa. Aku bahkan sampai bisa mengingat detail kegiatanku karena saking sedikitnya aktivitas yang kulakukan hari ini. But still …, Tuhan masih memberiku kesempatan untuk melakukan pemberian hari ini. Aku tadi pergi ke swalayan dengan dua tema kostku yang sudah kuanggap seperti sodara sendiri, dan mendadak fikiran itu terlintas dibenakku “kenapa aku tidak memberi kepada orang-orang di dekatku?”, lalu aku memutuskan untuk memberi Lily sesuatu. Aku membayari makanan kecil yang Lily beli and that is it . selesai… Well, mungkin memang terlalu singkat, tapi tidak apa-apa. Kuharap besok akan lebih bermakna…

#1. My first day giving present…

well, ok. first, I want to confess, actually…this is NOT my first day dalam tantangan 29 giving challenge karena pemberian pertamaku sudah kumulai sejak rabu, 16 maret 2011, itu berarti 2 hari yang lalu dan hari ini –semoga- menjadi hari ketiga. aku tidak tahu kenapa begitu sulit untukku mempercayai tantangan ini –sama seperti dengan yang dialami Cami Walker sebelum dia memulai pemberiannya-, tapi lalu aku tersadar dengan alasan ketidak percayaanku. rasa tidak percayaku menunjukkan adanya expectation dalam alam bawah sadar diriku akan terjadinya sebuah perubahan, padahal aku sendiri secara sadar menyatakan ketakutan akan harapan yang timbul jika aku melakukan tantangan ini. kesimpulannya adalah aku tidak ingin melihat untung dan rugi, lagi. aku mengerti aku sudah salah, dan berpikir ulang… “kenapa tidak kuteruskan saja, tanpa pengharapan apa-apa?” dan itulah yang sedang kulakukan sekarang. pemberian pertamaku adalah kepada seorang pengamen dal

#2. My second gift...

huh... susah juga ternyata membuat jurnal yang diharuskan dibuat tiap hari. tapi aku tetep optimis dengan challenge ini and here we go, pemberian keduaku sebenarnya adalah kemaren, namun aku baru memutuskan akan meneruskan pemberian itu sehingga jurnalku juga sedikit terkacaukan, tapi itu nggak akan merubah apapun, aku janji. ehm...pemberian keduaku aku tujukan pada seorang pengemis yang sering mangkal di dekat kampus. biasanya aku gak begitu tertarik memberikan sebagian uangku pada pengemis di Jogja karena...hellow, aku sering banget melihat pengemis yang nggak cocok jadi pengemis disini -ngerti maksudnya kan?-, tapi yang ini sedikit berbeda. saat itu pukul 07.30 pagi....dimana semua orang sedang berangkat menuju aktivitas dalam pola kehidupannya, begitu juga denganku. saat aku akan memasuki area kampus, aku mendapati sebuah sepeda motor menepi dan menurunkan seorang nenek yang bener-bener kelihatan renta banget, dan...lusuh. nenek itu berjalan ke pojokan dan bersiap untuk bermeditas

29 days giving challenge " 29 hari, 29 pemberian"

terdengar absurd yaaaa?, hahaha. ga apa-apa, aku akan menjelaskan dengan sebaik-baiknya dan selurus-lurusnya. entah memang takdir atau cuma sebuah kebetulan Tuhan mengirimiku sebuah buku berjudul '29 gifts, keajaiban memberi' untuk mengobati penyakit skeptisku yang sudah tergolong akut hahaha. buku dengan judul yang sangat sedikit terdengar putus asa itu membawa warna untuk cara pandangku dalam menilai dunia. tapi peraturannya tetap sama. aku masih tidak percaya bahwa keajaiban itu memang ada. 29 hari, 29 pemberian adalah metode penyembuhan spiritual -awalnya-  yang Cami jalankan demi mengurangi penderitaannya menghadapi penyakit multipel sklerosis yang dinyatakan sebagai salah satu penyakit yang BELUM bisa disembuhkan dan parahnya lagi penyakit ini menyerang syaraf dan banyak sekali gangguan fisik yang ditimbulkan seperti kegagalan dalam koordinasi gerak dan kelumpuhan. -tuh kan...terdengar putus asa banget kan-. Hidup Cami yang nyaris sempurna benar-benar terjungkir da

Lebih Mudah Mencintai Seseorang yang Sempurna?

Gambar
right? aku anggap semua orang yang membuka catatan ini setuju. yaiyalah. Kau tidak perlu mencemaskan semua kekurangannya -karena kata sempurna secara teknis menunjukkan bahwa dia cuma punya kekurangan dalam bentuk satu digit persentase-, kau tidak butuh banyak tenaga untuk menemukan sesuatu yang dapat kau kagumi dari dirinya, dan yang paling jelas, kau merasa selalu bisa mengandalkannya. lalu,...bagaimana kalau seseorang yang kau lihat sebagai sosok sempurna kini menjadi terlihat tidak sesempurna sebelumnya? when I was younger, maybe 8 or 9. I thought that my parents were a couple of best hero I've ever met . orang tuaku tidak punya cela, mereka yang mengajariku konsep benar dan salah, buruk dan baik, cara bicara, cara berjalan, cara bersikap dan cara berpikir. Mereka selalu punya jawaban untuk setiap pertanyaanku, seperti misalnya ;"kenapa tiap mendung selalu ada bunyi aneh di langit?", dan mom akan menjawab dengan sangat meyakinkannya "karena bapak2 tukang yang