Well...Thanks :)

Here we go again, mantengin tulisan absurd efek kebingungan membaca jurnal yang seabrek dalam bahasa inggris njelimet sebagai tiket menuju tujuan hidup jangka pendek.
Dan apakah itu?Guess what?...yeah right. Skripsi.
Well, let’s go get some rest dan menyampah ria. –gapapa, di blog sendiri ini, wkwk-

Kalian tau…Kadang, gue berpikir,
gue nggak bisa hidup tanpa orang lain –seriously-
I mean, bener2 nggak bisa hidup tanpa orang lain. Bukan hanya terkait dengan teori manusia sebagai needed creature…tapi juga manusia sebagai social creature.
gue nggak pernah menyangkal teori manusia sebagai makhluk berkebutuhan yang seringnya menempatkan diri sebagai pusat dari segala hal, bahasa sederhananya ‘mennn…it is all about me, semuanya adalah tentang gue’ kita bersosialisasi dengan orang lain karena kita butuh mereka, yeah…tentunya balik lagi ke konsep awal ‘semua adalah tentang gue dan apapun yang menguntungkan nggak boleh dilewatkan’ itu kali yang dinamakan oportunis. But…nggak ada salahnya juga jadi oportunis, sederhana aja…seperti hukum seleksi alamnya Charles Darwin, yang kuat yang bertahan.
Tapi gue nggak sepenuhnya setuju dengan teori ini.Berhubungan Cuma kalo butuh?,really?
Lalu…buat apa orang tua punya anak padahal unsur repotnya lebih banyak dibandingkan dengan keuntungan yang didapet, dilihat dari segi materi tentunya.

Lalu…kenapa prince charming repot-repot nyari Cinderella padahal dia bisa dapet cewek spesies apapun yang dia mau?

Lalu, mennn…kenape ada pilem up??? –nyambung nggak sih?, ah, anggep nyambung!-

Dan dari itu semua, gue semakin yakin…teori ini bagai puzzle yang belum jadi, dan cuma kita sendiri yang bisa memutuskan apakah teori ini bener apa enggak, melengkapi part yang hilang dengan warna hitam, atau putih.
Dan bagi gue, manusia sebagai needed creature perlu dikasi baking powder dikit dan dioven rada lama…biar rada mengembang maksudnya.
Seperti yang udah gue bilang sebelumnya, gue bener2 nggak bisa hidup sendirian. Bagi gue…orang tua bukan cuma sekedar penunjang dana saat perekonomian labil, tempat berlindung saat dunia lagi nggak asyik, atau sebagai tempat mengadu saat gue kalah main gundu sama anak-anak tetangga.
Just more than that
Saat kita mendadak menang 1 milyar, siapa yang bakal kita hubungi pertama kali?, orang tua?, pacar?, bff?...pastinya orang2 yang terdekatkan?
Lalu buat apa?,bukan buat minta mereka nambahin digit pada angka 1 milyar itu kan?
Lalu buat apa?
Berbagi kebahagiaan. Yep..mencengangkan sekali
Walopun nggak semua orang berpikiran seperti ini, tapigue yakin banyak yang setuju dengan apa yang gue tulis.
Berbagi sama naturalnya dengan meminta…so, bagi gue, manusia bukan cuma needed creature.karena manusia juga punya insting untuk memberi.
Nah, sampai sejauh ini, setelah muter2 nggak jelas,apa yang sebenernya mau gue tulis?
Haha, makin absurd aja
Sebenernya simple sih, gue cuma mau bilang terimakasih pada orang-orang yang ada di hidup gue karena entah kenapa mendadak gue ngerasa…I am nothing without you guys.
Untuk orang tua atas segalanya, apapun itu.Atas air mata dan tawa karena anakmu yang bandelnya nggak ketulunganini
Untuk tetangga yang sukanya bertanya kapan lulus, -percaya ato enggak, setengah mati aku pengen cepet lulus gara2 mau pamer sama kalian.-
Untuk teman yang bisa2nya mengerjakan tugas gue padahal gue uda ngotot nggak mau ngerjain tugas yang nggak gue suka dan pada akhirnya selalu ada tugas dengan nama gue di pojok kanan bawah plus tanda tangan tiruan gue –yang kadang sumpah jelek banget-, haha…kalian yang terbaik.
Untuk sodara-sodara tiri yang selalu tertawa bersamaku dan bukannya menertawaiku –walopun pada covernya…mereka selalu menemukan bahan ejekan untuk menertawaiku-
Untuk orang yang dengan sengaja atau nggak sengaja membenciku sehingga hidup gue nggak monoton dan kadang gue sadar gue nggak selalu jadi tokoh protagonis dan sampai pada suatu titik keyakinan untuk memperbaiki diri
Untuk orang di masalalu yang sudah mengajariku cara menghadapi rasa sakit dan beberapa hal yang nggak mengenakkan tentang dunia. Kau kejam sekali, :)

Dan terimakasih untuk Tuhan…
Meskipun aku nggak tahu kemana roller coaster ini akan membawaku…cukup dengan view yang kulihat saat roller coaster ini berjalan saja, semua menjadi begitu nyata dan mengejutkan. :p

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Moving Out

Jakartan, Mall, and Things in between

Home