Big Hero 6 (2014)



Sebelum sotoy mereview ceritanya, biarkan gue menyatakan bahwa Big Hero 6 merupakan satu dari sekian banyak film animasi yang menurut gue cukup bersinar di tahun 2014 *ehem How to Train Your Dragon 2, The book of Life,  Doraemon stand by me, dan errrr Frozen (ga terhitung 2014 si ya hahaha)*. Pertanyaannya adalah, apakah benar film ini sebagus itu sehingga bisa menyamai kemilau film keluaran-Disney-non-fairy-tale lainnya seperti Wreck It Ralph?

Big Hero 6 bercerita tentang Hiro Hamada, seorang jenius teknologi yang baru saja lulus dari SMA pada usianya yang masih 14 tahun. Kakak Hiro, Tadashi, mendorong adiknya ini untuk masuk ke universitas yang sama dengannya untuk mengembangkan bakat yang dimilikinya di bidang robotik. Pada pengenalan awal, kalian akan benar2 dibikin terpesona dengan berbagai teknologi yang dipamerkan di jurusan Tadashi plus teman2nya yang cukup nerd namun punya kepribadian yang ehmm..charmingI know, nerd digabung sama charming bisa terdengar sangat konyol hahaha-

Seakan belum cukup kece dengan pengenalan background tokoh2nya, pengenalan setting film ini juga nggak kalah menarik. Mereka tinggal di Kota yang bernama San Fransokyo -San Fransisco dan Tokyo, get it?- Semacam perpaduan antara dua kebudayaan dan kemajuan teknologi dari tempat yang benar2 berbeda. Jadi jangan heran kalau kalian akan dimanjakan oleh berbagai item ikonik dari kedua tempat ini sepanjang film berlangsung.

Akan tetapi, kalau boleh jujur sebenarnya secara premis film ini tergolong lemah apalagi jika disandingkan dengan film-film Disney revolusioner lainnya seperti Wreck it Ralph dan Frozen yang memiliki banyak modifikasi cerita dan ide-ide baru yang bermunculan disana sini. Super Hero 6 hanya berkutat pada cerita tentang segerombolan anak nerd yang akhirnya jadi pahlawan penyelamat kota, iya sesimpel itu. Tapi, iya ada tapinya.. untung Disney selalu bisa memberikan sentuhan khas terhadap emosi yang disampaikan dalam film-filmnya. Persahabatan, sayang keluarga, dan setiap orang punya sisi baik dalam dirinya -untuk seorang penjahat besar sekalipun- merupakan nilai2 yang tidak pernah gagal untuk diselipkan sebagai pelajaran. Jadi meskipun nggak ada twist ataupun scene yang bikin gue terperanga banget, fun dalam film ini tetaplah masih tumpe-tumpe.

Jadi, apa jawaban untuk pertanyaan pada paragraf pertama?
Well..pertama plot dan visualisasi dalam film ini mampu membuat gue bahagia bahkan sampe beberapa jam setelah gue menontonnya. Sebagai catatan, jarang loh ya ada film yang bisa memanipulasi mood sampai selama itu. Kedua, sebagian besar humor dalam film ini benar-benar berhasil membuat gue tersenyum, menyeringai, ketawa atau bahkan terbahak-bahak. Ketiadaan joke yang failed itu penting banget loh ya untuk mendukung berhasilnya film –menurut gue sih- So yes, this movie is that good.

Joke dalam sebuah film bisa diibaratkan seperti kopi. Ada buanyaaakk sekali jenisnya dan setiap orang punya kesukaan yang berbeda-beda. Bisa saja dalam pemutaran sebuah film, ada yang bisa dibuat ketawa sampe nangis namun disaat yang bersamaan penonton di sebelahnya cuma bengong dan menganggap kalau joke itu garing karena emang pada dasarnya he/she just simply didn’t get it. Bahkan, joke di dalam sekuel seterkenal Shrek pun menurut gue adalah jenis joke yang segmented dan beberapa orang mungkin sulit mencerna jokenya khususnya bagi orang yang tidak mengikuti film2 Disney (bahan dasar joke dalam Shrek).

Nah, film Big Hero 6 ini menurut gue lebih bijaksana dengan memilih untuk menempatkan joke-joke ringan yang universal di dalam filmnya. Kebanyakan joke dalam film ini diciptakan melalui kelakuan Hiro dan teman2nya plus gestur lovable khas Baymax sang robot yang turut jadi bintang utama –by the way gue mah yakin seluruh orang di planet ini mulai dari Alaska sampai Australia juga sepakat kalau robot ini unyu banget-

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Moving Out

Jakartan, Mall, and Things in between

Home