Spider-man 2


Aku punya prinsip bahwa aku hanya akan nge-review film2 yang kuanggap bagus dan bener2 bikin aku jatuh cinta.
Tapi kali ini, ada satu film yang akan aku review karena aku kecewa dengan tingkat kekecewaan yang cukup (kalo di kuliah, nilainya adalah C=Cukup dan harus diremediasi)
Film superhero yang kusuka –dari segi cerita- adalah berikut:
>>Batman begins, Iron man, Spider-man dan panji manusia millenium –hehe, yang ini enggak deng-
sekuel dari Iron man baik2 saja, lalu ada apa dengan sekuel spider-man hingga jadi se-absurd itu??????
#oke, mungkin memang nggak semua orang sependapat dengan opiniku, bahkan aku sempet ngeliat blog seseorang dan dia menempatkan film ini sebagai salah satu film terbaik sepanjah sejarah versi dia, tapi tetep aja,...
Terjadi kebingungan besar yang melanda hidupku setelah nonton film itu. Syok...ya, bener. Syok!
Di spider man 2, diceritakan bahwa kehidupan Peter Parker menjadi sangat sulit karena dia harus menjalankan peran ganda dalam satu kehidupan secara bersamaan, yaitu sebagai seorang pahlawan yang gatel untuk ganti kostum kalo uda denger ada sirine polisi dibunyikan, dan di sisi lain adalah sebagai seorang mahasiswa miskin yang punya kesulitan ganda, yaitu cinta dan masa depan –dikondisikan melalui kebodohannya mengatur waktu dalam perannya sebagai mahasiswa, pahlawan super, seorang cowok dimata cewek, dan pekerja paruh waktu-
Disini digambarkan bahwa Peter tidak mampu menjalankan keduanya –sebagai manusia biasa dan superhero maksudnya-, dia harus memilih salah satu atau kalau tidak maka hidupnya hanya akan berantakan. Selain dilema ini, masalah lain yang dimunculkan untuk menekan Peter -disamping musuh jadi2an hasil percobaan teknologi baru yang gagal sebagai musuh utama- adalah Mary Jane yang memutuskan untuk menikah  karena dia udah putus asa nungguin Peter yang nggak lekas nyatain cintanya juga.
Dr. Octopus, sebagai lawan utama dalam sekuel spider-man
Sampe disini, aku uda dapet feel konfliknya.
Lalu...yang aku bingungkan adalah cerita setelahnya.
Keraguan Peter dalam mengambil keputusan seolah dibuat semakin buruk namun dengan alasan yang aneh, yaitu melalui kekuatan Peter yang mendadak menghilang, tanpa satupun penjelasan ilmiah kenapa nggak ada lagi jaring laba2 yang bisa dikeluarkan dari tangan Peter, ato kemampuan Peter untuk nempel di dinding, hanya ilang gitu aja...
Aku uda berusaha bikin penjelasannya sendiri, namun karena aku bukan sutradaranya, korelasi yang kubuat malah jadi terdengar ganjil banget,
Begini alurnya:
 si Peter bego banget dalam ngatur waktu >> si  Peter jadi ngecewain MJ karena dia nggak dateng ke pertunjukan MJ >> si Peter depresi sedangkan MJ ngambek >>MJ memutuskan buat nikah dengan seorang astronot>> Peter kehilangan kekuatannya
Jadi kesimpulan finalnya...laba2 takut sama astronot,
-bisa dimaklumi karena laba2 cuma bisa pamer kalo suka nempel2 di dinding, sedangkan astronot bisa nempel2 di bulan, ckckck perbedaan yang mengerikan, sangat tidak fair-
See...I just don’t get it
Berikutnya, alasan lain yang membuatku kecewa adalah, sikap Peter yang masih sangat gatel saat mendengar sinyal ‘minta pertolongan’ bahkan setelah memutuskan untuk berhenti jadi Spider-man. Ya, oke, nggak papa kalo masih punya naluri untuk menolong, tapi masalahnya adalah...lebay banget deh pokoknya. Seolah2 sikapnya itu membuat dilema besar yang dialaminya sebelum mengambil keputusan bener2 nggak sepadan dengan hasilnya sekarang karena dengan mudah dia goyah dalam mempertahankan keputusannya. Seolah2 dia itu satu2nya orang yang bisa memperbaiki keadaan dan hanya kepadanyalah tanggung jawab menjaga dunia itu dibebankan.
And then, yayaya...cukup melegakan juga akhirnya dia mutusin buat jadi Spider-man lagi, -yaiyalah...masa ya ampe akhir spidermannya g nongol2 lagi, bisa ganti judul ntar nih film jadi ‘Spider-man in memmoriam’-
setelah memutuskan untuk kembali jadi spider-man –dengan durasi film yang tinggal beberapa menit-, masalah2 yang tadinya dia hadapi saat dia jadi Peter parker, bukan spider-man, seolah ditinggalkan tanpa solusi –sekali lagi mengingat durasi filmnya yang tinggal beberapa menit- dan musuh utamanya dikalahkan dengan mudah, cuma kayak tambahan konflik gitu!
Oya, kejutan lainnya yang membuatku syok adalah...di sekuel ini, di detik2 terakhir diceritakan bahwa banyak saksi mata yang melihat muka asli dari spider-man, termasuk Mary jane dan Harrison, tapi anehnya...nggak ada lagi scene tentang status hubungan antara Harrison dan Peter –putus ato enggak, ato cuma ngambek2an, ato malah ada dialog ‘pergi kau dari sini, aku tidak mau melihat mukamu lagi, SE.LA.MA.NYA’-
Aku tahu, itu mungkin memang disengaja sebagai trik dari sang sutradara dalam mencari alasan untuk membuat trilogi dari film ini, hanya saja...oh, come on, haruskah ceritanya se-absurd itu??!!!

So my result is...6.5 dari skala 1-10.
-jangan protes, karena asal tahu aja, aku juga sedih harus ngasih nilai segitu-

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Moving Out

Jakartan, Mall, and Things in between

Home