Jatuh cinta

 Kalo gue bilang “gue lagi jatuh cinta” temen-temen gue punya kecenderungan untuk bertanya “sama apa jatuh cintanya?” ketimbang “sama siapa?”
Such a kampret friend. Yep, teman yang bener2 ngerti gue orang macam apa :-)

Haha, ya! intro diatas dibuat dengan tulisan miring-miring biar keliatan dramatis dan nyantol di memori para pembacanya. Kebawa aja gitu dari gaya nulis seseorang di blog tetangga. Selain meninggalkan kesan tentang cara nulis, blog tetangga ini juga mengenalkan gue sama blog tetangganya dan blog inilah yang membuat gue memulai cerita dalam posting kali ini *sungkem sama yang punya blog*. Jadi kesimpulannya, bisa dikatakan bahwa blog tetangga ini telah nyomblangin gue sama blog tetangga dia yang kalau diistilahkan secara sederhana bisa juga disebut sebagai blog tetangganya tetangga *apasih*
well.. Kalo perlu diperjelas, ya berkat blog tetangga yang bersahaja ini, gue jatuh cinta sama tulisan. Sebentuk benda mati. Bukan siapa tapi apa.

Pada awalnya, gue nemu blog tetangga hanya karena gatel terus-terusan didesak sodara tiri buat nonton Cloud Atlas –FYI, ini adalah satu2nya film yang bikin dia ngumpat-ngumpat karena jenisnya yang nggak biasa dan ngebikin dia pusing selama hampir 3 jam sejak detik pertama film dimulai-
Saat gue nanya itu film tentang apa, dia cukup gelagapan buat menjelaskan kronologi ceritanya sehingga diskusi absurd kami akhirnya berujung pada kalimat pasrah ‘uwes si aku nyerah, googling wae’
dan Begitulah…gue langsung mencari review dari film agung tersebut dan akhirnya nyangkut pada satu blog. Blog ini -yang selanjutnya gue sebut sebagai blog tetangga- sebenarnya merupakan sebuah blog yang cukup membosankan biasa aja. oleh karena itu gue langsung melihat daftar referensi dia untuk nyari review lain dan finally gue nemu blog ini, satu blog yang memakai kata mainstream sebagai embel2 nama blognya. Iya, cuma gegara satu kata gue langsung tertarik. Gitu doang *perasaan gue gampangan banget ya*

Well, walopun kedengerannya ganjil, tapi dengan melihat kata itu gue langsung dapet feeling bagus soal blog ini. Secara disaat yang lain banyak pake istilah2 keceuntuk mendongkrak daya tarik dari blog yang mereka punya -macam ‘jogoan’, ‘master’ #ouch dan lainnya dan lainnya- , yang punya blog ini malah memilih kata mainstream untuk blog dia. Kerendahan hati?

Saat gue ngebaca satu post, gue senyum2. Lalu gue scroll kebawah untuk melihat post lainnya, dan gue ketawa. Lalu gue scroll lagi dan gue senyum2 lagi, ketawa lagi. Layaknya anak balita yang baru pertama kali nyobain yang namanya permen, gue berasa ketagihan -untung cuma permen, bukan ganja :|-. Gue terus membuka posting dia satu demi satu hingga tanpa sadar udah ada puluhan tab yang gue buka.

Banyak orang yang bilang kalau mata itu adalah jendela hati. Tapi jarang yang bilang bahwa jendela hati enggak cuma sebiji, di mata, melainkan masih ada jendela2 lainnya. salah satunya adalah tulisan.
Tulisan adalah sebuah seni yang memadukan keindahan kata-kata, luasnya wawasan, cara pikir dan juga pola berkomunikasi seseorang. Bahkan nilai plusnya, tulisan itu jelas gitu loh, emang kadang sesekali butuh waktu dimana kita harus ‘menerka’ akan tetapi seenggaknya selalu ada petunjuk lewat kata-kata yang dirangkai. Nah kalo mata?, gimana elu bisa sampai hati lewat mata?, entahlah..gue rasa gue bakal ngerti kalo suatu saat nanti sudah keluar buku manual ‘membaca gesture mata’atau 'petunjuk teknis rute dari mata ke hati'

Tulisan itu seperti potongan karakter. Dan layaknya puzzle, potongan2 karakter ini apabila dirangkai dengan telaten maka akan membawa kita kepada sebentuk pribadi. Untuk kasus tulisan dalam blog ini, gue menangkap pribadi seorang pecinta film. Gue selalu menganggap bahwa pecinta film adalah orang yang setiap saat nonton film. Mau dari film yang paling apdet apa yang udah bulukan, mulai dari indeks a sampe z, dia bakalan tau. Namun ternyata yang namanya pecinta film nggak hanya tentang itu. Pecinta film adalah seseorang yang bisa melihat sisi baik bahkan dari sebuah film paling jelek sekalipun. Pecinta film adalah seseorang yang menikmati setiap detail dimana nggak semua orang menganggap hal itu adalah sesuatu yang penting. Bahkan dari kecintaannya, dia akan menjadi lebih ngerti soal tetek bengek perfilman lebih dari level orang awam. -dari titik ini gue mulai merasa rendah banget jika mengaku pecinta film-
Ketika nonton nonton film, yang gue lakuin cuma berkomentar ‘ini fim bagus’ dan ‘ini film payah’ sedangkan lesson learned itu cuma semacam bonus yang didapet secara untung2an. Udah gitu doang. Gue nggak pernah mencoba untuk melihat esensi dari film tesebut secara keseluruhan.
Ya, begitulah ceritanya kenapa gue bilang gue jatuh cinta.
Karena emang bener, tulisan yang mengandung passion dari sang penulisnya memiliki kekuatan yang dapat membuat kita berfikir tentang banyak hal, dan penasaran tentang banyak hal. Seolah tenggelam di dalamnya. :-)

 what an epic.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Moving Out

Jakartan, Mall, and Things in between

Home