Delivery Man (2013)



 “When I was watching this movie, I cried a little.”

Pas pertama ngebuka folder film ini dan mantengin posternya, gue seketika mengira bahwa dalam 100 menit ke depan gue bakalan nonton film bego secara dalam poster itu ada gambar Vince Vaughn dipampang gede2 tepat di bagian tengah poster.


Gue kenal *kenal(?)* Vince Vaughn dari peran begonya di film The Internship. yep peran bego, namun dengan ciri khas yang kuat. Dalam bahasa pendeknya..Vince Vaughn adalah perwakilan dari karakter bego, tapi dalem. too deep malah hingga Adele pun nggak akan mampu roll in it *apaseeeh*
Delivery man bercerita tentang seorang laki-laki bernama David Wozniak yang bekerja di toko daging milik ayahnya sebagai tukang antar daging. Sebagai seorang tukang antar daging, hidup David tidaklah senormal kelihatannya. Teman baiknya mengatakan bahwa David bukanlah orang yang normal karena orang normal tidak akan pernah terjebak dalam situasi2 janggal seperti yang David alami. Salah satu situasi janggal itu adalah ketika David mendapatkan kabar bahwa dirinya memiliki 533 anak kandung.
bisa bayangin film gila macam apa yang punya ide seperti ini?
Pada saat gue mengikuti cerita pada film ini, gue sebenernya sedikit khawatir kalau film dengan ide ‘luar biasa’ ini akan berakhir dengan eksekusi yang jauh di bawah ide dasarnya mengingat –sekali lagi- basic dari Vince Vaughn adalah film drama komedi dan itu artinya film ini nggak mungkin punya budget segila iron man untuk setidaknya membuat film ini terkesan dibuat dengan niat. Namun syukurlah, akhirnya gue lega karena sampai detik terakhir film ini diputar, semuanya terhitung cukup sempurna dan berhasil ngebikin gue belepotan air mata.
Oke, kembali lagi ke David, sampai mana tadi? oh iya..533 anak kandung. Bagaimana bisa?
Ketika berumur 20 tahun, David melakukan donor sperma di suatu rumah sakit dengan tujuan untuk mendapatkan uang imbalan sehingga bisa memenuhi cita2 orang tuanya untuk pergi liburan ke Venesia. David tidak pernah mengira bahwa kegiatan donor sperma yang dia lakukan selama 4 tahun ini secara teknis menjadikannya ayah dari 533 anak.
Masalah mulai muncul ketika anak2 yang rata2 telah tumbuh menjadi remaja ini berkumpul dan membentuk suatu perkumpulan untuk menemukan ‘ayah’ mereka. Menyadari bahwa ada ratusan anak di luar sana yang merupakan bagian dari dirinya, rasa takut, shock dan penasaran mulai memasuki pikiran David.
Saat mendapatkan profil anak2 kandungnya dari rumah sakit, David tergerak untuk secara random mendatangi sebagian dari anak2nya ini satu persatu untuk melihat bagaimana kehidupan mereka. Setelah secara diam2 mengunjungi anak2nya dan melihat bahwa sebagian dari mereka adalah anak yang tidak beruntung dan terlibat dalam berbagai masalah, David merasa terdorong untuk membantu mereka seperti layaknya seorang malaikat pelindung.
Perlahan2 David mulai menyukai hidupnya yang mulai punya arti sejak bertemu dengan anak2nya. Namun seiring dengan berjalannya waktu, semakin lama perasaan takut David semakin besar. Bukan lagi perasaan takut karena mungkin perkataan temannya bahwa dirinya ‘tidak normal’ adalah benar melainkan rasa takut apabila anak2nya akhirnya mengetahui siapa itu David dan mereka akan kecewa karena mendapati bahwa ayahnya adalah orang yang tidak becus dalam melakukan segala sesuatu,
Pesan paling dalem yang gue tangkap dalam film ini adalah bahwa tidak ada yang perlu ditakutkan untuk menjadi seseorang yang ‘tidak normal’, seseorang yang berbeda dari orang kebanyakan karena normal belum tentu lebih baik. Seabsurd2nya tindakan yang dilakukan David dan seabsurd2nya efek yang ditimbulkan, namun apabila semua itu terjadi karena sebuah alasan yang baik maka pada akhirnya akan berujung pada sebuah keabsurdan yang manis.
Meskipun ga dapat dipungkiri bahwa ada beberapa kekurangan yang lumayan nyaris ngebikin film ini masuk ke dalam kategori jelek -seperti misalnya sebagian besar joke nya yang gagal ngebikin ketawa atau tampak jelasnya keragu2an arah film ini diantara identitas komedi dan drama yang bener2 drama- Namun secara keseluruhan tetep lah ya ‘dapet intinya’ kalo boleh minjem istilah temen gue.
well…gue yakin akan banyak orang yang bilang bahwa film ini weird dan gue bahkan uda kejebak janji bakal mentraktir sodara tiri gue kalo sampe2 dia ngumpat2 gegara gue paksa buat nonton kegejean film ini, but the important part is..i like it,

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Moving Out

Jakartan, Mall, and Things in between

Home