How Idiotic I was Back Then (and now ?)


*mencuri2 waktu di tengah jam kerja* *nutup2in tab blog pake ppt kerjaan* *lol my laifff yaak*
Hmmmm, is it another depressive post I write just to show how wrecked my life is?
Well, gladly nope.

16 06 2016
Tahun lalu, di tanggal yang sama, gue ngeluh2 di blog ini tentang betapa kejamnya sahabat gue yang lupa sama hari ulang tahun gue and ended up crying all night, writing that post while listening to Adele’s and eating some snacks like a mad lady –what snack? I don’t know, I don’t really remember-
But today, I just realized how idiotic I was back then.

25 tahun
Sudah 25 tahun gue hidup di dunia ini. Dunia yang tadinya serasa sempit karena hanya ada bapak, ibu, dan simbah. Lalu sedikit melebar karena ada dua adik idiotic itu, lalu melebar, melebar dan semakin melebar saat gue masuk SD, SMP, SMA hingga akhirnya mendarat di kotanya orang2 bebas bernama Bravoos Yogyakarta.
Wider,..and thicker.
Dunia gue semakin kental karena banyak emosi yang tercampur dan bereaksi. Semakin kompleks karena banyak tokoh tambahan yang ikut jadi pemeran. Well…mungkin memang nggak sebanyak fans militan Lord of The Ring sih but at least itungannya masih tetep banyak dibandingin jumlah warga RT 01 ditambah RT 02 (Pak RT included) *grins* *gamau kalah*

Bodohnya, dari sekian banyak hal yang terjadi, gue adalah orang yang masih suka berfokus pada hal-hal buruk yang terjadi pada hidup gue. Semisal ada 1000 hal yang baik yang terjadi pada suatu hari dan 1 hal buruk yang nebeng nampang, maka dalam sepanjang minggu gue hanya akan sibuk menyesali 1 hal buruk tersebut.
Sama halnya dengan tahun lalu. Saat banyak teman ngebela-belain dateng ke kantor, sembunyi2 beli kue, susah-susah ngibulin gue, sampai akhirnya berkumpul di suatu ruangan dengan sebuah kue tart gede..tetep aja yang gue inget hanyalah 1 orang teman yang lupa kalau gue masih hidup dan bernafas. Sumpah ya, kalau gue jadi temen gue, gue bakalan nampol kepala gue pake teflon ibu kosan biar gue tahu apa itu artinya hal buruk secara harfiah =I
It is life, shit happens.
Gue baru sadar bahwa beginilah hidup adanya. Sometimes you get hurt and other times you're favored by luck. Pain is temporary, so is comfort. Neither of it is evitable.

So…dari sekian panjang prolog yang gue tuturkan, ijinkan gue untuk setidaknya mensyukuri banyak hal baik yang baru saja terjadi dan mengesampingkan (atau mengkesampingkan?) hal-hal buruk in between.
Terima kasih untuk Tuhan karena pekerjaan ‘mulia’ –terlepas dari banyak hal- yang Dia berikan.
Terima kasih untuk sms dari adik cewek gue tadi pagi yang ngabarin kalau dia keterima di SMA favorit –almamater gue he.  he.  he.
Terima kasih untuk sensasi yang gue dapet saat adik cowo gue tetiba wassap: “Maaf ya mbak, aku suka ngerepotin jadi adik.” I mean…whoaaa, he is a grown up now and I, as a second parent, couldn’t feel anything but proud.
Terima kasih untuk every supporting role in my life who always back me up. Whom I adore. Whom I couldn’t live without. Whom I learn so much from. Who help me keep my cool and choose to stay even when I lose it. 

*lalu minggu depan kumat lagi bikin post ngumpat2in idup lol*


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Moving Out

Jakartan, Mall, and Things in between

Home