Shawshank Redemption (1994)



Kalian tahu, ternyata memiliki hobi nonton film adalah sebuah keuntungan tersendiri bagi orang sesuram gue. Disaat gue berpikir bahwa hidup sedang berulah dengan leluconnya yang nggak lucu, gue bisa bersembunyi di sudut kosan ditemani Bleky dan sebuah film yang siap menjadi excuse gue buat menangis dan menanggalkan gengsi cewek-independen-anti-nangis yang susah payah gue bangun di keseharian gue.

Elu nangis, tun?
Of course not, ini cuma bentuk apresiasi gue terhadap sebuah karya seni yang indah

See? A perfect excuse.

 Picture's taken from here

Shawshank Redemption (1994) yang disebut-sebut sebagai salah satu film legendaris sepanjang masa dengan ratingnya yang teramat tinggi di IMDB cukup potensial menyediakan alibi tersebut. Mendengar reputasinya yang sebegitu mighty, mungkin kalian akan membayangkan bahwa film ini pastilah seemosional kisah Rose dan Jack yang terombang-ambing di kolam renang dinginnya lautan atau sevisioner petualangan Luke Skywalker di galaxy far far away lengkap dengan gorilla bersenjata apinya. Sorry to disappoint you, but no, this is not that kind of movie.
Shawshank Redemption (1994) memiliki ide cerita yang menurut gue lumayan sederhana dan tidak ada sisi spektakulernya sama sekali. Lalu bagian mana yang gue sebut sebagai ‘karya seni yang indah’?
Film ini mengisahkan tentang kehidupan seorang narapidana di penjara Shawshank bernama Andy Dufresne. Andy dipenjara seumur hidup (?) karena dituduh telah membunuh istri dan selingkuhannya.
Kenyataan bahwa sisa hidupnya harus dihabiskan di balik tembok penjara tidak lantas membuat Andy depresi dan bermuram durja (istilah ini masih ada di kamus kan ya?). Beberapa saat setelah memasuki penjara, Andy mulai akrab dengan beberapa orang khususnya Red, seorang napi yang ahli dalam menyelundupkan barang-barang ke dalam penjara. Dengan bantuan Red, Andy bahkan bisa meneruskan hobinya memahat batu dan mengoleksi poster perempuan cantik.
Meskipun film ini banyak menuturkan tentang fakta-fakta pahit tentang kehidupan di dalam penjara, bukan berarti ada banyak dramatisasi pada potongan-potongan adegan yang bisa membuat kita merinding atau menangis melihat betapa miris nasib para tokohnya. Fokus yang sedari awal disoroti lebih pada bagaimana Andy berinteraksi pada lingkungan sekitarnya yang berubah drastis secara Andy dulunya adalah seorang bankir dari kelas borjuis dan sekarang dia ditempatkan di dalam komunitas paling hina dalam masyarakat.
Andy adalah sebuah karakter yang sangat menarik. Caranya berbicara, caranya menanggapi sesuatu, hingga caranya berfikir, semua berhasil membuat orang-orang di penjara tidak bisa untuk tidak memperhatikannya. Thanks to Tim Robbins untuk semua effortnya dalam menghidupkan karakter Andy.

Kalian tahu, di kantor gue ada seorang bos yang wibawanya sampai tumpah-tumpah dan auranya memancar kemana-mana. Saking terintimidasi oleh wibawanya, gue bahkan bisa mendadak lupa sama nama gue sendiri tiap kali dipanggil buat ngadep bos ini dan kata yang tersimpan di otak gue hanya ‘iya pak, baik pak’. Diinstruksiin buat loncat ke kali pun, mungkin jawaban yang keluar dari mulut gue tetep ‘iya pak, baik pak’.

Nah, determinasi Andy dalam film ini sekrusial ilustrasi gue barusan. Bagaimana keberadaannya mempengaruhi orang-orang dan lingkungan di sekitarnya serta bagaimana Andy mencuri simpati penonton adalah sebuah daya tarik yang sangat menonjol di Shawshank Redemption (1994) -menurut gue sih-.
By the end of the day, Shawshank Redemption adalah sebuah film yang mampu menghangatkan hati dan membuat kita tersenyum ditengah banyaknya adegan pahit yang disuguhkan. Mungkin memang nggak setinggi ekspektasi gue sebagai film dengan rating paling tinggi karena ada banyak film lain yang memberi sensasi yang serupa, but still, this one is quite heart-warming.
You guys should watch it, especially on your bad days.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Moving Out

Jakartan, Mall, and Things in between

Home