The Power of Appearance


Gue selalu meyakini bahwa our appearance represents our value..penampilan kita mencerminkan nilai kita sebagai individu. But wait, sebelum gue meneruskan post ini lebih jauh, ijinkan gue untuk menegaskan bahwa istilah appearance disini tidak selalu sama dengan kata cakep/cantik/ganteng karena generally speaking, beauty is just simply a natural gift, not an achievement (ini kita menempatkan oplas ataupun rekayasa visual lainnya di luar topik loh ya) jadi kata appearance lebih refers pada kondisi dimana seseorang ‘enak dilihat’ terlepas dari cakep/tidaknya orang tersebut.
Berhubung pekerjaan gue mengharuskan gue untuk bertemu dengan banyak orang (frequently) dan bertemu disini bukan hanya sekedar mingling dan bertegur-sapa melainkan lebih ke arah professional meeting macam salesman yang lagi nawarin kompor produk, maka gue harus meyakinkan orang-orang ini bahwa gue adalah orang yang eligible dalam kerjaan gue despite how young I look –yep, di bidang yang gue tekuni dan posisi yang saat ini gue tempati, gue tergolong orang yang masih ‘terlalu muda’ jadi wajar saja ada satu dua orang yang mempertanyakan kemampuan gue-
At this point, appearance menjadi sebuah faktor yang cukup penting bagi gue –not as crusial as ‘pembawaan’ though, but I will elaborate this next time-. Percaya ataupun tidak, banyak orang yang memanfaatkan visual mereka untuk mempermudah hal-hal tertentu yang mereka kerjaan. Kenapa demikian? Let’s get real..kebanyakan manusia lemah pada keindahan, keteraturan dan kerapihan. Ada kecenderungan dimana orang akan memperlakukan kita dengan lebih baik apabila kita ‘mendandani’ diri kita dengan selayak dan setepat mungkin. Gue menyebut orang2 yang sadar akan hal ini sebagai orang yang manipulatif, dan tentunya, gue adalah salah satu dari jenis manusia ini. Not something to be proud of though, but still, it is necessary.

Style yang pas, pemilihan warna dan paduan yang tepat, blazer or blouse, jeans or skirts, back pack or handbag, heels or flats, even plain face or full makeup, those things have power if we know how to use it properly. So, why not?
For example, banyak kasus dimana saat gue dan teman2 gue bekerja, beberapa dari mereka sering disangka mahasiswa yang sedang penelitian sehingga sering diabaikan/tidak diprioritaskan oleh instansi pemilik data yang mereka butuhkan. Dari situ gue semakin yakin bahwa disamping memanipulasi pembawaan kita, kita juga perlu memanipulasi penampilan luar kita. Thus, gue selalu menghindari tampilan ‘tipikal mahasiswa’ setiap gue punya urusan di sebuah instansi pemerintah. Sneakers, jeans and a backpack while gathering the data we need? It is a big no no to me. Beda kalau kasusnya gue harus survei lapangan yang hanya bisa ditempuh melalui medan sulit macam hulu sungai atau daerah tambang atau kawasan perkebunan dan lain sebagainya, jeans are a must.
Itu gue baru nyebutin 1 contoh sederhana. Ada contoh lain yang menurut gue penting dan contoh ini benar2 dialami oleh teman gue. Saat gue dan anak angkatan gue pergi ke Singapura untuk kuliah kerja, kami tertahan di bandara karena salah satu teman gue dicurigai sebagai bagian dari komplotan teroris simply because his name is Abdul Aziz, berambut gondrong dan berewokan. Gue nggak bercanda. Kami tertahan selama berjam2 sementara dia diintrogasi di sebuah ruangan khusus oleh polisi bandara. Cerita ini adalah bukti bahwa appearance has a real power whether you acknowledge it or not.

Based on those facts, I want to introduce you to what I call as Appearance manipulation. The basic motive of ‘appearance manipulation’ is not just about making things easier, but also making things go the way we want it to be. Membuat orang lebih ‘lunak’ pada kita dengan menggunakan tampilan kita sebagai tameng adalah level paling awal dalam game ‘appearance manipulation’. Ada satu kenalan gue yang bahkan sudah bisa menggunakan trik ini ke level yang lebih tinggi. Dia menggunakan ‘appearance illusion’ untuk mengarahkan impresi seseorang tentang dirinya. Misalnya saat dia ingin orang lain beranggapan bahwa dia adalah seorang nerdy polos yang nggak berpengalaman, maka dia akan merekayasa tampilannya menjadi sedemikian rupa untuk mendukung karakter yang dia maksudkan contohnya saja dengan memakai kaca mata dengan model biasa banget, kemeja boring (lol sorry) berwarna polos, garis setrikaan di baju yang kurang beraturan, rambut yang sengaja nggak disisir rapih, kaos kaki putih-panjang dibalik celana berwarna gelap dan lain sebagainya. Sounds like a magic trick in circus show indeed, but sometimes, it works.
Mungkin memang ‘appearance manipulation’ tidak selalu dapat digunakan untuk mengelabui semua orang karena selalu saja ada satu-dua orang yang bisa membaca kita yang sebenarnya di balik tampilan yang kita tunjukkan, namun trik ini tetap bisa kita aplikasikan untuk mengurangi resiko dari hal2 yang tidak perlu. Bagi gue pribadi, gue selalu berpikir…apa salahnya meningkatkan tampilan untuk tujuan yang baik? Toh itu juga menjadi bukti bahwa we appreciate our physical form which has been given by our Creator.
Well…that’s it.

Gue nulis sepanjang2 ini bukan untuk menunjukkan seberapa fashionable-nya diri gue yang jelata ini karena in fact, gue juga masih sering salah kostum untuk beberapa occasion tertentu. Gue cuma ingin berbagi hal yang sudah gue pelajari dari pengalaman2 yang menurut gue bakal berguna pada suatu hari.

Lol, seenggaknya blog ini nggak cuma berisi curhatan labil seorang cewek seperempat abad yang banyak mengalami kegagalan dalam hidupnya. I mean, gue juga butuh beramal jariyah kali hahaha.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Moving Out

Jakartan, Mall, and Things in between

Home