#day2. Kuliah Kerja Perencanaan

Lokasi survei: Chinatown dan Desa Park City, Kuala lumpur Malaysia
Government Center, Putrajaya malaysia
Tim KKP Singapura Malaysia 2011

It was extremely hard day.
Ada banyak banget kegiatan yang dijadwalkan hari ini, dimulai dengan sarapan-masih dengan culture shock dimana rasa makanannya bener2 ajeb2-di tengah pagi buta-masi inget absurdnya jadwal kami kan, jadi pagi buta bukanlah kiasan- dan diteruskan dengan kegiatan beredar di Chinatown, petaling street pecifically
 chinatown

Nggak banyak si yang aku dapat di chinatown karena lagi-lagi kekeliruan perkiraan waktu dimana chinatown yang ternyata baru ramai pada sore hari dan kami malah nyampe setelah pagi buta –istilah ‘setelah pagi buta’ masih mengindikasikan bahwa pagi masih buta namun dengan derajat kebutaan yang mulai berkurang-, but…sisi baiknya, kami jadi mudah deh survey bangunannya karena nggak terganggu dengan keramaian tuh tempat, -walopun kami jadi bener-bener buta sama pola interaksinya, huhu-
Tapi, tau nggak…saat kami sudah survei dan dapet setengah jalan, mendadak sebuah disaster datang menerjangku, kameraku mati sodara-sodara, mati yang bener-bener mati.
ceritanya gini nih,
Kan aku bawa air minum tuh dari hotel buat bekal survei

nih ya, tapi apa mau dikata…dengan teledornya aku nutup tempat minumnya sambil setengah ngigau –kembali lagi ke kasus pagi buta-dan tuh tempat minum aku lempar aja gitu kedalam tas, alhasil…

Setting: di depan hotel, persiapan berangkat ke Chinatown
Ovi:”Aya, kamu ngompol ya?”
Aku:”heh?”(berdiri dengan tampang bego sambil ngeliatin celana-yaiyalah, ovi bilang ‘ngompol’, bukan ‘ngiler’)
Eh ternyata oh ternyata…
Tasku dengan nggak lazimnya ngiler nggak ketulungan sampe lantai halaman hotel becek, gilaaaa
Sedetik, dua detik, aku masih bengong
Semenit, dua menit, baru deh heboh karena aku baru nyadar kalau air itu basah dan puya sifat membasahi. Ada hape, kamera, buku dan jaket di dalam tas yang sukses basah kayak abis kecebur bak mandi. Kameraku…T.T
 ini dia nih kamera kesayanganku
(potonya parah ya...tapi harus dipajang untuk menghormati yg uda ngambil nih foto)

sekali lagi…it’s okay.
Kabar baiknya, setelah sempet koma selama 3 jam akhirnya si kamera tersayang mau idup lagi –itupun berkat aku yang dengan beringasnya antara cemas campur gemes ngeringin memory card dan baterainya pake tisu tetangga ampe abis setumpuk-

Nah, lokasi selanjutnya..

Lokasi: Desa Park city
 picture taken from here
picture taken from here

Wow…sumpah, kesan diawal aku ngeliat nih expensive real estate, perfect deh pokoknya, bahkan ada tulisan Desa park city gede-gede yang dipasang di bukit niru gaya tulisan Hollywood.
Desa park city merupakan salah satu real estate di Kuala Lumpur, malaysia.
Buset booo, site plannya aja baru bisa bener-bener terealisasi secara sempurna setelah 20 tahun –long project beuh-
Real estate ini punya konsep yang cukup gila karena mempreoritaskan lahan hijau dan open space yang persentasenya cukup gedhe, tapi sayang…menurutku real estate ini cukup punya kekurangan karena menerapkan konsep drivers orientation, jalan-jalan dibuat selebar mungkin sedangkan trotoar?, jangan harap bakal nemu yang layak, sang kreator memberi pembelaan dengan mengatakan bahwa konsep yang digunakan sudah tepat karena memang semua penghuni desa park city ini memiliki mobil, -tapi,tapi,tapi…-
Oke, emang sih yang namanya real estate selalu diperuntukkan untuk kalangan menengah keatas, dan kalangan ini tentunya punya mobil, tapi…masa iya gitu???, lalu dimana dong konsep sustainable yang selalu dielu-elukan, bukankah desain itu ga Cuma menempatkan manusia sebagai objek utama, tapi juga harus memperhatikan lingkungan????, iya kan?

Ya sudahlah, diambil pusing juga ga akan bisa ngerubah tuh konsep, kita lanjut aja…
Pas kunjungan ke desa park city ini, lagi2 terjadi hal nggak lazim nih –sumpah, ampe putus asa, aku jadi mulai curiga nih kalo hari ini adalah wetonku-
Ceritanya nih ya,
Rombongan kami kan diajak untuk mengobservasi salah satu gedung apartemen yang terdapat di salah satu spot desa park city ini, eh nasib ya nasib, saat menuju lantai 3 yang notabenenya merupakan lokasi tujuan kami, kami berbanyak kan naek lift tuh, dan karena ada hampir 90an orang, maka kami naik bergantian, saat giliran rombonganku tiba, kami kan naik lift ya, eh, pas masuk lift, didalamnya udah ada mbak2 yang kayaknya adalah salah satu penguni apartemen mau naek ke lantai 26. Dan dasarnya itu lft merupakan satu spesies lift yang kami temukan pertama kali, maka butuh waktu cukup lama untuk memahami fungsi masing-masing tombol. Setelah muncul angka 26 di monitor, akhirnya tuh embak2 turun dan tinggallah kami berbanyak di dalam lift, awalnya sih normal2 aja, saat lift menutup kembali, salah satu dari kami memencet tombol 3, tapi….liftnya tetep gak mau bergerak. Kami masi tetep tenang…akhirnya temanku tersebut memencet tanda buka, eh tuh lift masih nggak mau gerak. Jadi deh heboh banget, semua tangan mencoba memencet tombol di lift dengan durhaka dan mulai pada berisik karena sesaat sebelumnya kami mulai menyepakati untuk memberi nama kejadian tersebut dengan istilah ‘nih.lift.macet.dan.gue.belom.kawin’ sumpah…paniknya gak ketulungan.
Merasa putus asa, insting bar-bar kami keluar. Kami memencet semua tombol sambil jingkrak2 biar lifnya mau gerak,
Dan apa yang terjadi kemudian???
Yihaaa, entah mantra apa yang uda ditiupin ke tuh tombol2, akhirnya lift bergerak dan berhenti di lantai dasar.
Saat lift terbuka, sang manager yang tadi mengirim makhluk2 primitif ini ke lantai 3 langsung bengong saat ngeliat kami semua langsung menghambur lari keluar lift. Keliatan banget ekspresi sang manager yang seolah2 ngomong ‘ini pada ngapain malah turun lagi?’
Dan begitulah kami berhasil mempermalukan diri sendiri.

Huhf…next place come on please…
Lanjut aja ya,
Abis berkunjung dari desa park city yang bener-bener gak macth banget antara kondisinya yang merupakan real estate dengan definisi namanya menurut KBBM-Kamus Besar Bahasa Malaysia- (ada nggak si yang namanya KBBM?, kita anggap aja ada)
Here we go…kami mencoba salah satu moda transportasi umum Malaysia dari KRL center kuala lumpur. Critanya kami mau pergi ke cybercity niiii –gaya bener yah namanya-
Saat pergi ke KRL center yang kalo di Indonesia bahasa kerennya adalah stasiun, kami bener2 bengong sebengong-bengongnya ngeliat tuh tempat uda kayak mall.

Pokoknya keren deh, jangan ngebayangin stasiun tugu atopun lempuyangan atopu purwosari atopun yang laen abis nggak ada mirip2nya.
Itu baru stasiunnya, belom keretanya, wuih…jatuh cinta deh pokoknya sama tuh kereta, hehe
Beda jauh sama pramex –padahal kereta yang kami coba juga kelas ekonomi-
Setelah sampai di cybercity, kami bergerak menuju Government center. Uhm…yang menarik disana adalah, banyak banget gedung2 pemerintahan dengan disain Islami yang menyerupai bentuk masjid, bahkan stadion yang di kuala lumpur juga bentuknya yang macam timur tengah gitu. Jujur, aku kagum dengan Malaysia, bukan hanya soal infrastrukturnya yang serba mencengangkan, tapi juga kerukunan antar etnisnya yang keliatan banget.
Kalo boleh bilang nih ya,
Sebenernya, dari yang aku liat, malaysia itu mirip banget kok sama Indonesia, masih sodara lah pokoknya, masih sama2 rumpun melayu. But…kenapa si ya negara kita tercinta susah akurnya sama Malaysia??
I don’t get it.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Moving Out

Jakartan, Mall, and Things in between

Home