God just love me



Gue baru aja nonton dua buah film,
Dua buah film yang bikin gue berpikir sebenernya,
The nanny diaries dan Admission
Jika kalian menonton kedua film ini secara marathon dan mencoba mencari benang merahnya, well..nggak usah repot2 karena kalian mungkin hanya akan mengerutkan kening dan menggelengkan kepala lalu endingnya maki2 gue hehe.

 

The nanny diaries bercerita tentang seorang cewek bernama Annie yang baru saja lulus dari sekolahnya dan dihadapkan pada pilihan karier yang tentunya bakal ngaruh banget sama masa depan dia. Saat wawancara kerja dan ditanya soal dirinya, dia kesulitan menjawab pertanyaan ‘tersimpel di dunia’ itu dan akhirnya menyadari bahwa dia tidak mengenal dirinya sebaik yang dia kira. Dari sinilah Annie memulai proses penemuan jati dirinya.
Untuk film Admission, film ini mengisahkan tentang Portia, seorang wanita yang bekerja di bagian penerimaan mahasiswa di Universitas Princeton yang tersohor itu. Yang menarik adalah, pekerjaan wanita ini secara tidak langsung menjadikannya sebagai ‘penentu masa depan’ bagi para calon mahasiswa yang mendaftar ke universitas itu karena penerimaan tidak didasarkan pada tes, melainkan melalui pengajuan berkas aplikasi. Tantangan terbesar menjadi seorang reviewer berkas aplikasi -yang digambarkan dalam film ini- adalah mereka harus dapat dengan tepat memahami seseorang hanya melalui berkas yang dikumpulkan, ya..hanya melalui lembaran2 kertas berisi angka2/huruf2 yang merepresentasikan prestasi dari sang pelamar.
Apabila dibandingkan dengan film nanny diaries yang menggunakan sudut pandang seorang fresh graduate dalam mencari jati diri berkat dipicu oleh sebuah pertanyaan mendasar dari seorang interviewer, konflik pada film admission lebih fokus menceritakan tentang interviewer dalam memahami para ‘mangsanya’.
*tepuk tangan buat diri sendiri karena akhirnya bisa nunjukin benang merahnya*
Seperti yang gue bilang sebelumnya, kedua film ini membuat gue berfikir. Yeah, mungkin memang sedikit menjemukan karena memang fikiran gue ini nggak jauh2 dari fenomena job seeker yang akhir2 ini secara membosankan selalu menjadi bagian dari post2 gue di blog ini. Ya mau gimana lagi sih ya, hehe fase ini beneran membekas banget di otak jadi harap maklum saja.
Menjadi seorang nanny -pengasuh anak- sebagai seseorang yang lulus dari sekolah bisnis membuat Annie secara unik mengenali dirinya dengan lebih baik.  Meskipun nggak bertahan lama bekerja sebagai seorang nanny *tentu saja*, namun banyak sekali hal yang membuatnya paham mengenai pekerjaan, passion dan kekuatan yang tanpa disadari ternyata ada di dalam dirinya. yeah, memang kita nggak akan tau kan ya sekuat apa diri kita kalo kita belum ‘diuji’ di luar sana.
well..entah kenapa gue bisa sebegitu terinspirasi sama pilem sederhana ini. Apalagi ketertarikan ini terus dan terus bertambah dalam saat gue memutar film berikutnya, admission.
Portia adalah seseorang yang  professional dalam menilai berkas aplikasi yang menjadi tanggung jawabnya. Namun, keteguhan hatinya mulai diuji disaat anaknya menjadi salah satu dari ribuan applicant ini. yeah, gimana sih rasanya harus menilai berkas anak sendiri dan gimana pula rasanya seandainya anaknya nggak masuk standar dan harus dieliminasi. Dari sinilah Portia menyadari bahwa berkas aplikasi tidak selalu dapat menggambarkan potensi seseorang. they much more than those papers, begitu pula dengan anaknya yang punya kemampuan luar biasa namun secara malang punya berkas aplikasi yang tidak representatif.
Berkat kedua film ini, tiba-tiba saja gue ngerasa bahwa, Oh men..God really love me.
gue nggak bisa menjelaskan gimana tepatnya kronologi alur pikir gue sampai2 hanya karena abis nonton dua film langsung mendadak bilang Tuhan bener2 sayang sama gue. Gue bener2 gatau harus memulai dari mana untuk memulai plot cerita ini. Cuma, yes..gue meyakini bahwa nggak ada itu yang namanya kebetulan, yang ada adalah strategi Tuhan yang tersamarkan secara sempurna. Contoh paling kecilnya adalah momen dimana gue mendapatkan kedua film ini.
Iya, disaat gue sedang terkatung2 dan mulai kehilangan kepercayaan diri karena sampe sekarang masih luntang luntung mencari pekerjaan tetap, Tuhan seolah-olah ngasih gue pesan singkat macam jawaban ujian dalam secarik kertas kumel yang dilempar temen baik dari meja seberang. Seolah2 Tuhan mau bilang ke gue bahwa “chill out tun, chill out..takdirmu di depan sudah menunggumu dan asal kau tau, itu jauh lebih manis ketimbang yang pernah bisa kau rumuskan”
oh keren, aku mulai jadi absurd lagi.
haha, antara penuh rasa syukur atau ini malah merupakan sebuah ilusi dari keputus asaan, gue masih menerka apa yang ada di kepala ini. but yes, semoga sedikit tulisan ini bisa bikin kalian yang ada di luar sana, dimanapun kalian berada, punya keyakinan bahwa Tuhan selalu memperhatikan kita, yeah..walopun kadar keyakinannya cuma sedikit, itu nggak apa2.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Moving Out

Jakartan, Mall, and Things in between

Home