#2. My second gift...

huh... susah juga ternyata membuat jurnal yang diharuskan dibuat tiap hari. tapi aku tetep optimis dengan challenge ini
and here we go,
pemberian keduaku sebenarnya adalah kemaren, namun aku baru memutuskan akan meneruskan pemberian itu sehingga jurnalku juga sedikit terkacaukan, tapi itu nggak akan merubah apapun, aku janji.
ehm...pemberian keduaku aku tujukan pada seorang pengemis yang sering mangkal di dekat kampus. biasanya aku gak begitu tertarik memberikan sebagian uangku pada pengemis di Jogja karena...hellow, aku sering banget melihat pengemis yang nggak cocok jadi pengemis disini -ngerti maksudnya kan?-, tapi yang ini sedikit berbeda.
saat itu pukul 07.30 pagi....dimana semua orang sedang berangkat menuju aktivitas dalam pola kehidupannya, begitu juga denganku. saat aku akan memasuki area kampus, aku mendapati sebuah sepeda motor menepi dan menurunkan seorang nenek yang bener-bener kelihatan renta banget, dan...lusuh.
nenek itu berjalan ke pojokan dan bersiap untuk bermeditasi disana sepanjang hari. aku tak tega melihatnya -senang juga rasanya menyadari bahwa didalam diriku aku masih punya rasa iba- padahal aku barusaja melihat dengan mataku sendiri kalau sang nenek diantar menggunakan motor, tapi tetep... aku mengambil uang dari tasku dan memberikannya pada sang nenek.
ada sedikit hal aneh yang kurasakan dalam hatiku, tapi aku tak tahu apa itu tepatnya saat sang nenek mendoakanku dengan suaranya yang pelan dan sedikit tidak kumengerti karena saking pelannya.
Aku benar-benar menghargai doanya, karena mom pernah bilang bahwa doa tulus dari seseorang untuk kita pastilah didengar oleh Allah

uhm, aku masih terbayang dengan buku yang kubaca mengenai challenge ini, didalamnya, Mbali -guru spiritual Cami Walker yang menyarankan metode penyembuhan ini- mengatakan bahwa dalam pemberian ini kita dilatih untuk merelakan apa yang begitu kita anggap penting dan serasa tidak bisa hidup tanpanya -dalam hal ini, salah satu contohnya adalah uang-. Sesuatu yang kadang membuat kita tidak bisa hidup tanpanya?, benar juga.
kadang, eh, bukan kadang, sebenarnya sering. aku sering beranggapan kalau uang itu amat sangat penting dan memberikannya pada seorang stranger tak akan mudah kan?

tapi...ini dia menariknya. Aku tidak akan mendadak bangkrut hanya karena ngasih duit ke seorang pengemis kan?, melakukan pemberian sebenarnya memiliki filosofi yang sama dengan menerima pemberian, dan keduanya berupa siklus yang selalu berputar. Jadi...from now on,
mari kita mensyukuri apa-apa yang telah Tuhan berikan untuk kita. uang, kesehatan, kesempatan mengejar cita-cita -tidak semua orang memiliki kesempatan untuk yang satu ini, iyakan?-, dan satu lagi...untuk hidup kita.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Moving Out

Jakartan, Mall, and Things in between

Home